Bisnis.com, JAKARTA -- Para ekonom dari Singapura dan Malaysia memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan menghadapi tantangan dalam waktu dekat akibat kekhawatiran melemahnya pasar negara berkembang.
Moh Siong Sim, ahli strategi valuta asing Bank of Singapore menyatakan kecemasan para pelaku pasar ini terus membebani rupiah. Terutama kebijakan sejumlah perusahaan multinasional yang membayarkan dividen kepada para investornya di berbagai belahan dunia.
"Gambaran arus lokal untuk rupiah masih cukup menantang dalam waktu dekat di tengah pembayaran dividen oleh perusahaan-perusahaan Indonesia yang akan berlanjut hingga pertengahan Juli," kata Siong seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (6/6/2024).
Bank Indonesia (BI) sebelumnya mengejutkan pasar dengan menaikkan suku bunga acuan BI Rate untuk menstabilkan rupiah yang sedang tertekan.
Gubernur BI Perry Warjiyo menurut laporan itu memperkirakan nilai tukar rupiah baru akan stabil beberapa waktu ke depan dan diprediksi akan menguat menuju kisaran 15.300 hingga 15.700 per dolar AS pada 2025.
Nilai tukar rupiah sendiri dalam jangka pendek masih akan berfluktuasi. Para pedagang saat ini menunggu data penting dari Amerika Serikat minggu ini, termasuk data tingkat pengangguran yang akan memandu arah rupiah.
Baca Juga
"Kami tetap berhati-hati terhadap risiko kenaikan pada pasangan USD/IDR jika terjadi rebound greenback," ujar Alan Lau, ahli strategi valas di Malayan Banking Bhd. di Singapura.
Di sisi lain, Lau juga mencatat kemungkinan bahwa rilis data ekonomi AS yang lebih lemah dan konsisten dapat menyebabkan dolar melemah, yang pada akhirnya memberikan kelegaan bagi rupiah.