Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas bergerak melemah setelah sempat menyentuh rekor tertingginya karena para pedagang menantikan laporan utama data inflasi AS.
Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (12/3/2024), harga emas di pasar spot melemah 0,29% atau 6,26 poin ke US$2.176,49 per troy ounce pada pukul 15.10 WIB.
Kemudian, harga emas Comex kontrak April 2024 juga melemah 0,34% atau 7,40 poin ke US$2,181.20 per troy ounce pada pukul 14.59 WIB.
Sebelumnya, harga emas batangan telah mencapai rekor tertinggi sepanjang masa sebesar US$2.194,99 pada Jumat (8/3).
"Setelah kenaikan harga emas yang luar biasa, hal ini memerlukan jeda jangka pendek," jelas ahli strategi pasar IG, Yeap Jun Rong, seperti dikutip Reuters.
Penurunan terjadi karena para pedagang kini bersiap untuk laporan utama inflasi Amerika Serikat (AS). Data tersebut dapat memberikan kejelasan lebih lanjut kapan bank sentral AS mulai memangkas suku bunganya.
Baca Juga
Rong juga menuturkan bahwa kemajuan inflasi AS terhenti pada Januari 2024. Namun, komentar lanjutan dari para pengambil kebijakan sepertinya menunjukan bahwa mereka bersedia untuk melihat lebih jauh lagi.
Selain itu, data inflasi yang lebih tinggi dari perkirakan pada Februari 2024 dapat menyebabkan para pembuat kebijakan berpikir ulang, dan dapat menyebabkan pelonggaran jangka pendek dalam harga emas.
Laporan indeks harga konsumen (CPI) pada Februari 2024 akan dirilis pada pukul 21.30 WIB, yang kemungkinan akan meningkat 0,4% dan menjaga laju tahunan tetap stabil di 3,1%.
Berdasarkan data dari LSEG, para pedagang juga memperkirakan bahwa penurunan suku bunga AS akan sebesar tiga hingga empat perempat poin, dengan peluang pemangkasan pertama 70% pada Juni 2024. Suku bunga yang lebih rendah meningkatkan daya tarik emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.
Pada Selasa (12/3) diketahui juga bahwa Departemen Keuangan AS akan menjual obligasi 10 tahun senilai US$39 miliar, atau sekitar Rp604 triliun.
Kepala analis pasar di KCM Trade, Tim Waterer, juga berpendapat bahwa lelang obligasi juga merupakan hal sekunder dalam hal prospek suku bunga yang lebih luas. Namun, fokus utama masih pada data inflasi dan produsen pada minggu ini.
Namun, jika permintaan inflasi tidak banyak, maka dapat mendorong imbal hasil yang lebih tinggi dan mengurangi daya tarik emas.