Bisnis.com, JAKARTA - Harga bitcoin diketahui terus melambung tinggi hingga mencapai Rp1 miliar. Ini menjadi rekor tertinggi yang pernah diraih olehnya.
Harga Bitcoin mencapai angka tertinggi di US$69.202, melampaui rekor tertinggi sepanjang masa pada November 2021 yang sebesar US$68.999.
Bahkan minat investor juga meningkat semenjak ETF Bitcoin Spot dan setelahnya menurun sekitar 7% menjadi US$63.000.
CEO dan salah satu pendiri platform kripto Anchorage Digital Nathan McCauley mengatakan bahwa rekor tertinggi pada Bitcoin menandai titik balik bagi dunia kripto.
"Institusi tradisional dulu tidak terlibat, hari ini, mereka hadir dengan kekuatan penuh sebagai pendorong utama pasar bullish kripto,” terangnya, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (6/3/2024).
Sejak Oktober 2023, Bitcoin telah naik 160% dengan 44% di antaranya terjadi pada Februari 2024. Hal ini sangat kontras dibandingkan pada 2022, di mana pasar mengalami ‘musim dingin’ kripto selama 18 bulan.
Baca Juga
Dugaan Penyebab Bitcoin Meroket
Perusahaan crypto exchange, Indodax, mengatakan bahwa harga bitcoin yang terus naik menandakan halving day semakin dekat.
Menurutnya, lonjakan harga ini juga dipengaruhi oleh naiknya minat para investor yang akhirnya memicu generai orang kaya baru (OKB) di dunia kripto.
"Pencapaian harga bitcoin ini merupakan momen historikal bagi industri kripto. Harga ini tertinggi sejak November 2021. Kenaikan harga ini diiringi dengan lonjakan minat investor dan memicu lahirnya generasi baru "OKB" (orang kaya baru) di dunia kripto karena mereka mendadak jadi miliarder," kata CEO Indodax Oscar Darmawan di Jakarta, Selasa (5/3/2024), dikutip dari Antara.
Selain itu, halving day dikenal dengan adanya kenaikan harga juga disebabkan oleh terganggunya pasokan bitcoin, yang mengakibatkan peningkatan permintaan dan membuat harga naik.
"Terlebih lagi, saat ini terdapat fenomena 'fear of missing out' yang diyakini memperkuat harga Bitcoin. Meskipun harga Bitcoin naik, pada saat halving akan ada penyesuaian harga," ujarnya.
Selain faktor halving day yang semakin dekat, kenaikan harga bitcon juga terjadi karena bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed menurunkan suku bunga dengan perkiraan hingga 75 basis poin.
"Karena adanya konflik geopolitik yang mengganggu aktivitas perdagangan global, menyebabkan rantai pasokan global terganggu. Hal ini membuat biaya dan waktu indeks delivery pasokan global melemah dari 50,1 pada akhir 2023, saat ini menjadi 48,9. Maka dari itu, hal tersebut membuat investor berbondong-bondong berinvestasi di Bitcoin," katanya.