Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah berfluktuasi setelah menguat tiga hari berturut-turut, karena kekhawatiran melonjaknya produksi Amerika Serikat (AS) di tengah ancaman serangan Houthi di Laut Merah.
Berdasarkan data Bloomberg, Kamis (21/12/2023), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Februari 2024 menguat 0,3% atau 0,22 poin ke level US$74,44 per barel pada pukul 16.36 WIB. Harga minyak WTI sempat melemah ke US$74,21 sebelum kembali ke zona hijau.
Sementara itu, harga minyak Brent kontrak Februari 2024 menguat 0,29% atau 0,23 poin ke US$79,93 per barel pada pukul 16.36 WIB.
Berdasarkan data pemerintah pada Rabu (20/12) menunjukan produksi minyak mentah AS mencapai rekor tertinggi baru sebesar 13,3 juta barel per hari (bph) pada minggu lalu.
Harga minyak mentah pada minggu ini juga telah menguat lantaran meningkatnya serangan di Laut Merah yang mendorong para pengirim barang untuk mengalihkan rute kapal-kapalnya.
Meskipun demikian, minyak diperkirakan akan mengalami penurunan tahunan pertama sejak 2020, karena investor yang tidak yakin bahwa OPEC+ dapat memperketat pasar pada kuartal berikutnya, meskipun kelompok tersebut mengambil keputusan untuk memperpanjang pembatasan pasokan mereka.
Baca Juga
Adapun, keputusan tersebut juga diambil seiring peningkatan produksi dari negara-negara di luar OPEC+, termasuk AS, Guyana dan Brasil.
Kepala ekonomi dan strategi di Mizuho Bank Ltd Vishnu Varathan mengatakan bahwa pasar ini memiliki banyak ketegangan, utamanya pada ketegangan suplai.
"Ada sentimen Laut Merah tetapi juga ada rekor produksi AS dan tanda-tanda OPEC kehilangan cengkeraman pada disiplin kuota,” jelas Varathan.
Sementara AS mempertimbangkan tindakan militer melawan kelompok Houthi, Negeri Paman Sam tersebut lebih memilih solusi diplomatis dan bekerja sama dengan sekutu Barat dan Arab untuk memperkuat kekuatan perlindungan maritim.
Hampir 12% perdagangan global melewati Laut Merah, dan lebih dari 100 kapal kontainer saat ini mengambil rute panjang mengelilingi Afrika karena khawatir akan serangan.
Menurut Administrasi Informasi Energi, AS sendiri menguatkan posisinya sebagai produsen minyak terbesar di dunia dengan produksi harian yang meningkat sebesar 200.000 barel pada minggu lalu, mencatatkan produksi tertinggi sejak 1983. Persediaan minyak mentah nasional juga meningkat untuk pertama kalinya dalam tiga minggu.