Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka ke level Rp15.845 jelang akhir pekan ini, Jumat (20/10/2023).
Mengutip dari Bloomberg, Jumat (20/10/2023) pukul 09.05 WIB, rupiah melemah 0,19% atau 30 poin menuju Rp15.845. Sementara indeks dolar AS semakin perkasa dengan penguatan sebesar 0,08% menuju 106,33.
Bersamaan dengan rupiah, mayoritas mata uang lain di kawasan Asia juga terkoreksi di hadapan dolar AS, seperti yen Jepang yang melemah 0,05%, dolar Singapura melemah 0,07%, yen China melemah 0,04%, ringgit Malaysia yang terkoreksi hingga 0,21%, serta baht Thailand yang turun 0,17%.
Sementara itu, dolar Hong Kong, won Korea, peso Filipina, dan rupee India menjadi segelintir mata uang di kawasan Asia yang tercatat menguat pada pembukaan hari ini, dengan apresiasi masing-masing 0,01%, 0,01%, 0,14%, dan 0,03%.
Sebelumnya, Direktur Forexindo Laba Berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah bergerak fluktuatif dan berpotensi ditutup melemah ke kisaran Rp15.800-Rp15.870 pada Jumat (20/10/2023).
Pergerakan rupiah hari ini, menurutnya, akan dipengaruhi oleh keputusan Bank Indonesia (BI) yang akhirnya memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI-7 Day Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) ke level 6%. Kenaikan ini menjadi yang pertama sejak Januari 2023 saat RDG BI mengerek suku bunga acuan ke 5,75%.
Baca Juga
Adapun, Ibrahim menilai keputusan BI untuk mengerek suku bunga acuannya memang dapat meredam pelemahan rupiah terhadap dolar AS. Namun demikian, ketidakpastian situasi global membuat rupiah masih berpotensi melemah pada perdagangan hari ini dan hanya akan menguat terbatas.
Senada, analis pasar mata uang Lukman Leong juga berpendapat bahwa kemungkinan rupiah untuk menembus level Rp16.000 akan sulit dibendung akibat memanasnya tensi geopolitik Timur Tengah dan sikap agresif The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan sekali lagi tahun ini.
Menurutnya, kondisi ini pun diperkeruh dengan melonjaknya imbal hasil atau yield obligasi AS yang terus bergerak naik mendekati level 5%. Berdasarkan data Investing, yield obligasi AS saat ini berada pada posisi 4,96%.
"Walau menurut saya kenaikan suku bunga akan menghambat depresiasi rupiah menuju Rp16.000 dalam beberapa waktu, namun dengan perkembangan akhir-akhir ini, penguatan dolar AS pun terlihat sulit dibendung," ujarnya ketika dihubungi Bisnis, Kamis (19/10/2023).