Bisnis.com, JAKARTA – Produsen craft beer pertama di Indonesia dengan merek Stark, PT Lovina Beach Brewery Tbk. (STRK) menggelar penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham. Ternyata, ada nama konglomerat Christopher Sumasto Tjia, pemilik PAM Group di balik calon emiten tersebut.
Menilik prospektus IPO, Selasa (6/9/2023), Lovina Beach Brewery didirikan di Denpasar, Bali pada Oktober 2010 oleh Bona Budhisurya dan Jacob Suryanata. Hingga saat ini, Jacob menjabat sebagai komisaris utama, sementara Bona menduduki kursi direktur utama STRK.
Adapun pemegang saham STRK sebelum IPO terdiri dari PT Barito Mas Sukses 85,74 persen, Christopher Sumasto Tjia 0,63 persen, Felicia Mega SD 3,14 persen, Suhendra Widjaja 3,67 persen, Fanny Setiadi Faizal 3,41 persen, dan Constantius Kadarisman 3,41 persen.
Individu yang menjadi pengendali dan pemilik manfaat akhir (ultimate beneficial owner) dari STRK adalah Christopher Sumasto Tjia, yang telah dilaporkan secara elektronik melalui AHU Online pada 21 Maret 2023, melalui notaris sesuai dengan ketentuan Perpres No. 13/2018.
Dengan demikian, STRK memiliki perusahaan sepengendali atau sister company yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) di antaranya PT Bima Sakti Pertiwi Tbk. (PAMG), PT Karya Bersama Anugerah Tbk. (KBAG), PT PAM Mineral Tbk. (NICL) dan PT Wulandari Bangun Laksana Tbk. (BSBK).
Adapun STRK menawarkan maksimal 1.180.000.000 saham baru pada aksi IPO, atau sebanyak-banyaknya 11,01 persen dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah IPO. Saham tersebut dipatok dengan nilai nominal Rp12 per saham.
Baca Juga
Sementara itu, harga penawaran IPO selama periode bookbuilding berkisar Rp100 – Rp119 per saham. Sebagai pemanis IPO, STRK juga menerbitkan sebanyak 3.245.000.000 waran seri I yang menyertai saham baru perseroan.
Lovina Beach Brewery merupakan salah satu pelopor industri craft beer di Indonesia. Perseroan berkantor di Jl. Tukad Banyu Poh 110 X, Sesetan Denpasar Selatan.
Jenama minuman yang didistribusikan perseroan antara lain Stark, Kaja, De’wan, Legong, Wija, Bumbung, Bali Sip, dan Lion Brewery.
STRK pun mencatatkan kinerja keuangan yang solid. Penjualan bersih perseroan hingga 31 Maret 2023 mencapai Rp10,82 miliar, atau melesat 183,45 persen dari periode sama tahun lalu Rp3,83 miliar.
Untuk setahun penuh 2022, STRK mengantongi penjualan bersih Rp30,93 miliar, atau melambung 205,55 persen dibanding 2021 yang sebesar Rp10,12 miliar.
Melesatnya penjualan dibarengi dengan posisi bottom line yang positif. STRK meraup laba neto tahun berjalan sebesar Rp19,48 miliar hingga kuartal I/2023, dari posisi rugi neto tahun berjalan pada periode sama tahun 2022 sebesar Rp638,22 miliar.
Sepanjang 2022, STRK sebenarnya sudah membukukan laba neto Rp6,15 miliar. Pencapain ini cukup signifikan dibanding rugi neto tahun 2021 yang mencapai Rp7,23 miliar.
“Pencapaian positif ini sebabkan oleh adanya peningkatan penjualan seiring dengan pemulihan kondisi perekonomian dari pandemi Covid 19 khususnya di wilayah Bali sehingga permintaan terhadap minuman beralkohol mengalami peningkatan signifikan dibandingkan dengan penjualan pada 2022,” tulis manajemen.