Bisnis.com, JAKARTA – Produsen craft beer pertama di Indonesia dengan merek Stark, PT Lovina Beach Brewery Tbk. (STRK) bersiap melantai di Bursa Efek Indonesia melalui penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham.
Menilik prospektus IPO, Selasa (6/9/2023), Lovina Beach yang akan mendapatkan kode saham STRK ini mencatatkan kinerja solid. Penjualan bersih perseroan hingga 31 Maret 2023 mencapai Rp10,82 miliar, atau melesat 183,45 persen dibandingkan periode sama tahun lalu Rp3,83 miliar.
Untuk setahun penuh 2022, STRK mengantongi penjualan bersih Rp30,93 miliar, atau melambung 205,55 persen dibanding 2021 yang sebesar Rp10,12 miliar.
Melesatnya penjualan dibarengi dengan lonjakan laba usaha untuk periode 3 bulan yang berakhir pada 31 Maret 2023 sebesar Rp20,47 miliar, terbang 2.360,86 persen dari laba usaha untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2022 sebesar Rp832 juta
Alhasil posisi bottom line ikut positif. STRK meraup laba neto tahun berjalan sebesar Rp19,48 miliar hingga kuartal I/2023, berbalik dari posisi rugi neto tahun berjalan pada periode sama tahun 2022 sebesar Rp638,22 miliar.
Sepanjang 2022, STRK sebenarnya sudah membukukan laba neto Rp6,15 miliar. Pencapaian ini cukup signifikan dibanding rugi neto tahun 2021 yang mencapai Rp7,23 miliar.
Baca Juga
“Pencapaian positif ini sebabkan oleh adanya peningkatan penjualan seiring dengan pemulihan kondisi perekonomian dari pandemi Covid 19 khususnya di wilayah Bali sehingga permintaan terhadap minuman beralkohol mengalami peningkatan signifikan dibandingkan dengan penjualan pada 2022,” tulis manajemen.
Lebih lanjut total aset STRK per 31 Maret 2023 sebesar Rp70,58 miliar, naik 79,87 persen dari total aset untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2022 sebesar Rp39,24 miliar.
Sementara itu, total liabilitas STRK per 31 Maret 2023 adalah sebesar Rp 19,08 miliar, mengalami penurunan 71,65 persen dari total liabilitas untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2022 sebesar Rp 67,33 miliar.
“Penurunan ini terutama disebabkan karena terdapat pinjaman bank yang diambil alih oleh pemegang saham dan dikonversi menjadi modal saham,” jelas manajemen.
Seperti diketahui, STRK menawarkan maksimal 1.180.000.000 saham baru pada aksi IPO, atau sebanyak-banyaknya 11,01 persen dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah IPO. Saham tersebut dipatok dengan nilai nominal Rp12 per saham.
Sementara itu, harga penawaran IPO selama periode book building berkisar Rp100 – Rp119 per saham. Sebagai pemanis IPO, STRK juga menerbitkan sebanyak 3.245.000.000 waran seri I yang menyertai saham baru perseroan.
Lovina Beach Brewery merupakan salah satu pelopor industri craft beer di Indonesia. Perseroan berkantor di Jl. Tukad Banyu Poh 110 X, Sesetan Denpasar Selatan.
Jenama minuman yang didistribusikan perseroan antara lain Stark, Kaja, De’wan, Legong, Wija, Bumbung, Bali Sip, dan Lion Brewery.
Potensi Bisnis Minol
Dalam prospektus IPO Lovina Beach Brewery, potensi usaha minuman beralkohol dapat dianalisis menggunakan pendekatan pendapatan cukai Minuman Mengandung Etil Alkohol (MMEA) Indonesia, berdasarkan data Kementerian Keuangan per April 2023.
Pada 2020, pendapatan cukai MMEA Indonesia mengalami penurunan yang signifikan sebesar 21,50 persen dari tahun sebelumnya yakni tahun 2019, penurunan disebabkan oleh pendemi Covid-19 yang menyebabkan pembatasan segala aktivitas terutama aktivitas bisnis sehingga berdampak pada menurunnya konsumsi minuman beralkohol di Indonesia.
Kemudian, pendapatan cukai MMEA Indonesia pada 2022 mengalami peningkatan sebesar 21,84 persen dari tahun sebelumnya yakni tahun 2021, peningkatan pendapatan cukai MMEA disebabkan oleh menurunnya angka penyebaran Covid-19 dan telah tercapainya target vaksinasi dosis kedua WHO pada 2022.
Manajemen STRK menjelaskan, dengan penurunan penyebaran Covid-19 dan tercapainya target vaksinasi maka selanjutnya pemerintah berusaha untuk meningkatkan kembali pertumbuhan ekonomi dengan mencabut pembatas sosial.
Pencabutan pembatasan sosial berdampak pada dibukanya kembali destinasi-destinasi wisata terutama Pulau Bali dan dibuka kembali aktivitas bisnis di sektor hotel, restauran dan cafe atau sektor makanan dan minuman.
“Pembukaan destinasi wisata dan sektor tersebut berdampak pada peningkatkan konsumsi minuman beralkohol pada 2022,” tulis manajemen.
Pendapatan cukai MMEA Indonesia sejak 2016 hingga 2022 mengalami trend peningkatan, yakni mencapai Rp5,3 triliun pada 2016 , meningkat menjadi Rp8,03 triliun pada 2022.
Berdasarkan data Statista, pendapatan total miras di Indonesia diperkirakan akan mencapai US$13,88 milliar pada 2023 dan diperkirakan akan berkembang sebanyak 6,06 persenper tahun (CAGR 2023-2027).