Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas global hari ini, Jumat (28/7/2023) diperkirakan akan berfluktuasi namun ditutup melemah seiring kebijakan The Fed dan Bank Sentral Eropa memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin.
Harga emas berjangka turun tajam pada akhir perdagangan Kamis (27/7/2023), menghentikan kenaikan selama dua hari berturut-turut, menjadi di bawah level 1.950 dolar AS untuk pertama kalinya dalam dua minggu karena sehari setelah Fed menaikkan suku bunganya.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange anjlok 24,40 dolar AS atau 1,24 persen menjadi menetap pada 1.945,70 dolar AS per ounce, penurunan satu hari paling tajam emas sejak akhir Juni setelah menyentuh tertinggi sesi di 1.982,60 dolar AS.
Harga emas turun pada di bawah 1.950 dolar AS setelah keputusan kebijakan Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga ke level tertinggi dalam 22 tahun. Staf Fed juga sekarang melihat resesi AS sebagai hal yang dapat dihindari.
Yang juga membebani emas adalah kenaikan suku bunga seperempat poin Bank Sentral Eropa pada Kamis (27/7/2023) dan memberi sinyal bahwa pihaknya dapat berhenti pada September – perkembangan yang berpotensi dovish yang tetap mendorong dolar lebih tinggi terhadap euro, menambah penurunan emas.
Hanya dua minggu yang lalu, emas Comex mencapai level tertinggi tujuh minggu di 1.988,25 dolar AS, puncak yang belum pernah terlihat sejak mencapai level 2.000 dolar AS pada akhir Mei.
Baca Juga
Sementara itu, data Kamis (27/7/2023) menunjukkan pertumbuhan kuartal kedua AS lebih kuat dari perkiraan, berkontribusi terhadap kenaikan dolar dan imbal hasil obligasi pemerintah dan menarik harga logam mulia ke level terendah dalam lebih dari dua minggu.
Pembacaan yang lebih baik dari perkiraan pada produk domestik bruto AS kuartal kedua mendorong imbal hasil obligasi pemerintah jangka panjang dan indeks dolar AS, semua "faktor bearish untuk emas," kata Michael Armbruster, mitra pengelola di Altavest, dikutip dari Antara.
Ekonomi AS tumbuh pada kecepatan tahunan 2,4 persen di kuartal kedua. Para analis memperkirakan peningkatan 2,0 persen dalam PDB.
Data PDB AS yang kuat memberi The Fed "lebih banyak kekuatan dalam kaitannya dengan keputusan suku bunga, yang berarti bahwa mereka tidak perlu terlalu khawatir tentang kelemahan ekonomi" dari kenaikan suku bunga, kata Naeem Aslam, kepala investasi di Zaye Capital Markets mengatakan kepada MarketWatch.
"Ini telah membawa lebih banyak kekuatan pada dolar dan karenanya harga emas telah mengalami pergerakan ke bawah."
Indeks Dolar AS, ukuran nilai dolar yang diawasi ketat terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,8 persen menjadi 101,65 dalam perdagangan baru-baru ini. Imbal hasil obligasi pemerintah 10-tahun juga naik menjadi 4,0 persen dari 3,85 persen pada Rabu (26/7/2023) sore.
Analis Komoditas Lukman Leong mengatakan kebijakan The Fed masih belum sepenuhnya melunak atau dovish, dan masih ada potensi kembali menaikkan suku bunga sekali lagi, meskipun juga berpeluang untuk ditahan.
Prediksi itu sejalan dengan para pejabat The Fed yang membuka opsi untuk menaikkan lagi suku bunga acuan pada pertemuan berikutnya pada September 2023 atau menahan kenaikkan, tergantung pada data yang masuk.
FOMC selanjutnya akan menggelar pertemuan 19 September dan 20 September dan dilanjutkan pada 31 Oktober dan 1 November.
"Hal ini tentunya meredakan tekanan pada harga emas sebagai aset dan saya melihat harga emas akan naik kembali ke recent high di US$1.988 per troy ounce," ujar Lukman kepada Bisnis, dikutip Jumat (28/7/2023).
Dia mengatakan, hasil FOMC The Fed tidak secara langsung mendorong harga emas, namun meredakan tekanan pada harga emas global.
"Dengan demikian pergerakan harga emas masih akan merespons data-data ekonomi AS dari waktu ke waktu," katanya.
Untuk perdagangan hari Ini, Lukman memprediksi harga emas berada di range US$1.960-US$2.000 per troy ounce.