Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas berjangka menguat pada akhir perdagangan Kamis pagi WIB, merespon keputusan Federal Reserve atau The Fed yang menaikkan suku bunga.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange terangkat 0,33 persen menjadi US$1.970,10 dolar AS per ounce, setelah menyentuh tertinggi sesi di US$1.976,30 dan terendah di US$1.963,20.
Emas berjangka naik tipis 0,08 persen menjadi US$1.963,70 pada Selasa (25/7/2023), setelah terpangkas 0,20 persen menjadi US$1.962,20 pada Senin (24/7/2023), dan tergelincir 0,22 persen menjadi US$1.966,60 pada Jumat (21/7/2023).
Logam kuning menguat pada Rabu (26/7/2023) karena imbal hasil obligasi pemerintah AS merosot bersama dengan dolar, kemudian memperpanjang kenaikan tersebut ke sesi perdagangan elektronik karena investor mempertimbangkan keputusan Federal Reserve menaikkan suku bunga seperti yang diharapkan.
Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada Rabu (26/7/2023) seperti yang diantisipasi secara luas, untuk menargetkan kisaran 5,25 persen hingga 5,50 persen, mencapai level tertinggi dalam 22 tahun.
Bank sentral AS juga mengatakan tetap "sangat memperhatikan" risiko inflasi, membiarkan pintu terbuka untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Baca Juga
Tak lama setelah keputusan tersebut, kontrak emas Agustus berada di 1.971,20 dolar AS per ounce, naik tipis dari harga penyelesaian emas.
Kenaikan suku bunga "cenderung menekan harga emas dalam waktu dekat," karena suku bunga yang lebih tinggi mendukung dolar AS, kata Jerry Braakman, presiden dan kepala investasi First American Trust.
Namun, setelah keputusan Fed, indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya turun 0,2 persen menjadi 101,19, sedangkan imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun berada di 3,8895 persen, turun dari 3,911 persen sehari sebelumnya.
Suku bunga yang lebih tinggi "pada akhirnya akan meningkatkan risiko resesi karena memperlambat aktivitas ekonomi di AS," kata Braakman. Dalam jangka menengah, "kita akan melihat kemungkinan besar ekonomi memasuki resesi atau terjebak dalam stagflasi."
Bank sentral AS telah mengisyaratkan setidaknya dua kali kenaikan suku bunga lagi tahun ini, mengingat tren inflasi masih jauh di atas target tahunan bank.
Tetapi Fed Fund berjangka menunjukkan bahwa pasar memperkirakan kemungkinan yang lebih besar bahwa kenaikan Rabu (26/7/2023) akan menjadi yang terakhir bagi Fed untuk tahun ini, meskipun bank sentral tidak memberikan indikasi seperti itu.
Suku bunga yang lebih tinggi menjadi pertanda buruk bagi aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti emas, karena meningkatkan peluang kerugian. Keuntungan emas masih diperkirakan akan terbatas, dengan kurs AS akan tetap lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.