Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas global diproyeksi dapat menguat ke level US$1.970-US$1.985 per troy ounce terimbas rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang mulai menjinak ke level 3 persen atau mendekati target Federal Reserve yakni 2 persen.
Berdasarkan data Bloomberg pukul 15.46 WIB, harga emas spot naik 0,21 persen atau 4,13 poin ke US$1.961,48 per troy ounce pada 15.43 WIB. Sementara itu, emas Comex kontrak Agustus 2023 naik 0,18 persen atau 3,60 poin ke US$1.965,30 per troy ounce.
Kendati demikian, Analis Komoditas Lukman Leong mengatakan, meski data inflasi memungkinkan untuk menekan potensi kenaikan suku bunga The Fed, namun menurutnya kebijakan Bank Sentral AS tersebut belum saatnya melunak (dovish).
"Data inflasi terakhir setidaknya akan memungkinkan bagi The Fed untuk lebih sedikit hawkish pada pertemuan FOMC di akhir Juli, walau saya melihat belum saatnya The Fed menjadi dovish," ujar Lukman kepada Bisnis pada Kamis, (13/7/2023).
Adapun pada Juni 2023, inflasi konsumen AS hanya naik sekitar 0,2 persen atau kurang 0,1 persen dari estimasi kenaikan yang telah ditetapkan yakni sebesar 0,3 persen. Angka tersebut menjadi kenaikan terkecil pada tingkat bulanan sejak Agustus 2021 lalu.
Lukman mengatakan, inflasi umum turun sangat besar menjadi 3 persen, tidak jauh dari target The Fed 2 persen, namun investor juga perlu diingatkan apabila inflasi inti masih 4,8 persen dan juga ditargetkan 2 persen.
Baca Juga
"Harga emas tentunya sangat terbantu dengan data inflasi ini, walau saya masih melihat permintaan emas lebih didorong oleh permintaan safe haven," jelasnya.
Menurutnya, yang perlu menjadi perhatian investor ke depan adalah data inflasi inti, indeks harga belanja personal (PCE) dan data tenaga kerja AS Non-Farm Payroll (NFP).
"Proyeksi harga emas pekan depan saya prediksi berada di kisaran US$1.970-US$1.985," pungkas Lukman.