Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pesta Pora Emas Merespons Perlambatan Inflasi AS & Taktik The Fed

Harga emas hari ini diprediksi melaju ke level resistance US$1.961,88 hingga US$1.967,93. 
Aneka emas batangan beragam ukuran dan bentuk. Harga emas dunia mendekati level US$2.000 per troy ounce dan diperkirakan akan terus menguat seiring dengan pelemahan dolar AS./Bloomberg
Aneka emas batangan beragam ukuran dan bentuk. Harga emas dunia mendekati level US$2.000 per troy ounce dan diperkirakan akan terus menguat seiring dengan pelemahan dolar AS./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas global bergerak menguat pada perdagangan hari ini, Kamis (13/7/2023) saat inflasi Amerika Serikat (AS) melambat yang menekan prospek kenaikan suku bunga Federal Reserve.

Mengutip data Bloomberg pukul 10.32 WIB, harga emas comex terpantau melonjak 3,20 poin atau 0,16 persen ke U$1.946,90 per troy ons. Selain itu, harga emas spot juga mencatat kenaikan harga sebesar 3,36 poin atau 0,17 persen ke US$1.960,71 per troy ons.  

Kenaikan harga emas hari ini dinilai oleh Analis Monex Investindo Futures (MIFX) sebagai dampak dari sentimen melemahnya dolar AS yang dipicu oleh perilisan data inflasi AS, sehingga memperkuat spekulasi bahwa The Fed akan kembali menaikan suku bunganya. 

Adapun, dolar AS tengah menghadapi tekanan pasca perilisan data inflasi konsumen AS. Pada Juni 2023, inflasi konsumen AS hanya naik sekitar 0,2 persen atau kurang 0,1 persen dari estimasi kenaikan yang telah ditetapkan yakni sebesar 0,3 persen. Angka tersebut menjadi kenaikan terkecil pada tingkat bulanan sejak Agustus 2021 lalu. 

"Pada tingkat tahunan, inflasi konsumen inti AS naik 4,8 persen, lebih rendah dari ekspektasi pasar untuk kenaikan 5 persen. Ini juga kenaikan tahunan terkecil dalam lebih dari dua tahun," terang Analis MIFX dalam risetnya, Kamis (13/7/2023). 

Adapun, MIFX memprediksi bahwa harga emas dapat bergerak dengan level support di US$1.953,34 dan US$1.947,35 per troy ons. Jika berhasil bergerak naik, maka harga emas memiliki level resistance di US$1.961,88 hingga US$1.967,93. 

Adapun setelah data inflasi AS, pelaku pasar kemungkinan akan menyoroti sentimen dari China, yakni berupa data perdagangan. 

"Ini dapat memperkuat seruan untuk lebih banyak dukungan kebijakan bagi perekonomian," menurut Eric Zhu dari Bloomberg Economics, dikutip Kamis (13/7/2023). 

Tanda positif lain bagi investor datang ketika Perdana Menteri China Li Qiang bertemu dengan eksekutif senior dari perusahaan teknologi terkemuka negara itu pada Rabu waktu setempat. Hal tersebut meningkatkan spekulasi bahwa pemerintah mengakhiri tindakan kerasnya terhadap industri di tengah melemahnya ekonomi.

Di negara Asia lainnya, Bank of Korea secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah pada pertemuan Kamis waktu setempat. 

Saat emas menguat, komoditas lain seperti minyak menahan kenaikan karena optimisme bahwa siklus kenaikan suku bunga Fed hampir berakhir. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper