Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah turun pada akhir perdagangan Selasa (20/6/2023) waktu setempat di tengah berlanjutnya kekhawatiran permintaan yang lebih rendah dari China.
Pasar minyak mengalami tekanan baru-baru ini saat pelaku pasar khawatir bahwa ekonomi China tidak kembali normal seperti yang diharapkan usai lockdown Covid. Bank Sentral China PBOC telah memangkas suku bunga pinjaman utama demi menopang ekonomi negara tersebut.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun lebih dari 1 persen ke level US$70,50 per barel pada Selasa, sementara Brent ditutup di level US$75,90 per barel.
Sekalipun Bank Sentral China memangkas suku bunga, tetapi peluncuran langkah-langkah yang lebih luas secara bertahap oleh negara itu untuk ekonominya yang sedang sakit memicu perdebatan di antara para pedagang tentang seberapa jauh otoritas akan membantu pertumbuhan.
"Minggu yang dipersingkat ini sepertinya bisa menjadi minggu yang buruk bagi minyak," kata Ed Moya, analis pasar senior Oanda Corporation, mengutip Bloomberg, Rabu (21/6/2023).
Menurutnya, penghindaran risiko tampaknya kembali ke pasar di tengah tanda-tanda pemulihan China akan kesulitan mengingat stimulus yang terbatas.
Baca Juga
Pasar untuk minyak mentah fisik di Asia telah menguat dalam beberapa hari terakhir karena kesibukan pembelian oleh kilang raksasa China, meskipun produsen minyak dan gas terbesar di negara itu memangkas perkiraan permintaannya untuk tahun ini.
Pasar minyak juga telah berjuang dalam beberapa pekan terakhir. Banjir pasokan dari Rusia dan Iran telah membuat ketersediaan minyak mentah meningkat. Pasokan yang cukup ditambah dengan kenaikan suku bunga bank sentral umumnya menekan harga tahun ini.
Untuk mencoba menahan penurunan harga minyak tersebut, Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya telah mengurangi produksi.