Bisnis.com, JAKARTA — Organisasi Produsen Minyak OPEC+ sepakat secara prinsipal untuk menaikkan produksi minyak mentah secara besar-besaran untuk bulan September. Hal ini berpotensi menutupi pengurangan produksi 2,2 juta barel yang dilakukan pada 2023.
Hal itu disampaikan oleh salah seorang delegasi. Pengerekan produksi minyak mentah ini menandai pemulihan penuh atas pasokan yang sebelumnya dihentikan, seiring langkah kelompok OPEC+ untuk merebut kembali pangsa pasar global.
"Arab Saudi dan para mitranya berencana meratifikasi penambahan produksi sebesar 548.000 barel per hari untuk bulan depan dalam konferensi video yang akan digelar hari Minggu (3/8/2025)," kata delegasi itu, dikutip Bloomberg.
Kenaikan ini akan menutupi pengurangan produksi 2,2 juta barel yang sempat dilakukan oleh delapan negara anggota pada tahun 2023, dan mencakup tambahan pasokan secara bertahap yang diberikan oleh Uni Emirat Arab.
Produksi yang lebih banyak ini turut menandai pergeseran signifikan dari Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan mitranya—dari fokus mempertahankan harga menjadi membuka keran pasokan.
Pergeseran ini sudah meredam harga minyak dan bensin berjangka dari tekanan ketegangan geopolitik dan lonjakan permintaan musiman, memberikan sedikit kelegaan bagi para pengendara dan menjadi keuntungan bagi Presiden Donald Trump. Namun, hal ini juga berisiko memperbesar surplus pasokan global yang diperkirakan terjadi di akhir tahun.
OPEC+ sebelumnya secara tentatif menyepakati dalam pertemuan bulan lalu untuk menyelesaikan pemulihan produksi 2,2 juta barel tersebut. Para pelaku pasar kini mungkin akan mengalihkan fokus mereka ke lapisan pasokan yang masih tertahan berikutnya, yaitu sebesar 1,66 juta barel, yang secara resmi dijadwalkan tetap tidak aktif hingga akhir 2026.
“Dengan berakhirnya pemangkasan sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari yang telah diantisipasi, kami memperkirakan para produsen akan menghentikan sementara langkah selanjutnya untuk menilai kondisi pasar dan faktor makroekonomi yang lebih luas,” ujar Helima Croft, kepala strategi komoditas di RBC Capital LLC.
OPEC+ sempat menjatuhkan harga minyak ke level terendah dalam empat tahun pada awal April ketika mereka mengumumkan percepatan mendadak dalam rencana pembalikan pengurangan pasokan, sementara pasar masih terguncang oleh pengumuman tarif dramatis Trump dalam “Hari Pembebasan.”
Aliansi ini kemudian melanjutkan dengan serangkaian peningkatan bulanan besar-besaran, dan bahkan mempercepatnya lebih jauh pada bulan Juli.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah mulai pulih seiring menguatnya permintaan selama musim panas, dengan minyak Brent di London diperdagangkan sedikit di bawah $70 per barel pada Jumat (1/8/2025) atau turun 6,7% sepanjang tahun berjalan.
Namun, para analis memperingatkan bahwa pasar kemungkinan akan menghadapi surplus yang meningkat di akhir tahun, karena pasokan terus naik sementara pertumbuhan global yang melambat menekan permintaan.