Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup melemah ke level Rp14.994 pada perdagangan Senin (19/6/2023) jelang pidato Ketua The Fed Jerome Powell.
Mengutip data Bloomberg,rupiah ditutup menguat 0,36 persen ke Rp14.994 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS menguat 0,09 persen ke 102,33.
Sementara itu, mata uang lain di kawasan Asia yang ditutup terkoreksi diantaranya won Korea Selatan turun 0,71 persen, yuan China turun 0,44 persen, dolar Taiwan turun 0,39 persen, baht Thailand turun 0,34 persen, ringgit Malaysia turun 0,24 persen, dan dolar Singapura turun 0,16 persen.
Adapun mata uang kawasan Asia yang menguat adalah peso Filipina naik 0,22 persen, dolar Hong Kong naik 0,05 persen, yen Jepang naik 0,02 persen, dan rupee India naik 0,02 persen.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan kenaikan dolar AS dipengaruhi oleh liburan seiring para pedagang yang sedang mencerna dampak keputusan the Fed mengenai suku bunga.
The Fed memimpin pertemuan para bank sentral untuk membahas kebijakan moneter dan menghentikan siklus kenaikan suku bunga selama bertahun-tahun. Hal ini guna menilai dampaknya terhadap inflasi dan prospek perekonomian negara.
Baca Juga
“The Fed juga mengisyaratkan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut, dengan harga konsumen masih menggandakan target 2 persen, tetapi menunjukkan pentingnya data ekonomi yang akan datang mendukung langkah ini,” ujar Ibrahim dalam riset, Senin (19/6/2023).
Data pasar perumahan AS, klaim pengangguran awal, hingga neraca berjalan akan dipelajari oleh pemerintah AS pada pekan ini. Pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell di depan Kongres AS pekan ini juga akan menjadi perhatian publik.
Selain itu, bank sentral Eropa menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin dan membuka peluang untuk kenaikan lebih lanjut. Sementara Bank of Japan menutup kemungkinan dengan mempertahankan kebijakannya untuk saat ini.
“BOJ pada hari Jumat mempertahankan target suku bunga jangka pendek -0,1 persen dan batas 0 persen pada imbal hasil obligasi 10-tahun yang ditetapkan di bawah kebijakan kontrol kurva imbal hasil (YCC), mendorong yen lebih rendah secara luas,” jelasnya.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) diperkirakan bakal mempertahankan suku bunga acuan pada tingkat 5,75 persen sepanjang 2023. BI pun akan berhati-hati dalam menanggapi pandangan terbaru the Fed.
Pasalnya dampak dari transmisi Federal Funds Rate (FFR) terhadap Indonesia akan semakin terlihat melalui imbal hasil obligasi pemerintah terutama untuk tenor 10 tahun yang terus menurun dan mendekati level 6 persen.
Kemudian tingkat inflasi Indonesia juga tercatat menurun ke level terendah dalam 12 bulan terakhir menjadi 4 persen secara tahunan per Mei 2023. Inflasi diperkirakan akan terus menurun dan bergerak dalam kisaran target kedepannya.
Sementara itu, pasar obligasi dan saham Indonesia juga terus mencatatkan arus masuk bersih meski terjadi penyempitan. Neraca dagang Indonesia dinilai akan tetap mempertahankan surplus.
Di sisi lain, the Fed diperkirakan terus mempertahankan pengetatan kebijakan moneter yang sedang berlangsung sepanjang 2023. Pendekatan ini tetap diambil meski terjadi pelonggaran pada tingkat inflasi dan pengangguran.
“Pendekatan yang konsisten ini bertujuan untuk memastikan penurunan tingkat inflasi yang berkelanjutan,” katanya.
Adapun pada Mei 2023, inflasi Amerika Serikat turun 4,0 persen secara tahunan dan menandai level terendah sejak Maret 2023. Penurunan ini didorong oleh penurunan harga komoditas dan perlambatan inflasi pangan.
Tingkat pengangguran AS juga meningkat menjadi 3,7 persen pada Mei 2023 yang notabene tertinggi sejak Oktober 2022.
Ibrahim memproyeksikan rupiah dibuka berfluktuatif pada perdagangan besok, tetapi ditutup melemah pada rentang Rp14.980- Rp15.060.