Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah terapresiasi sebesar 1,04 persen secara point-to-point per 9 Juni 2023 dibandingkan dengan level pada akhir kuartal I/2023.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti menyampaikan bahwa nilai tukar rupiah berada dalam tren menguat hingga kuartal kedua 2023. Dibandingkan dengan level pada akhir 2022, nilai tukar rupiah juga mencatatkan apresiasi sebesar 4,9 persen (year-to-date/ytd).
“Sampai dengan 9 Juni 2023 menguat 1,04 persen point-to-point dibandingkan dengan level pada akhir kuartal I/2023. Hal ini didukung oleh aliran masuk modal asing,” katanya, dikutip Minggu (18/6/2023).
Destry menjelaskan, tingkat apresiasi rupiah juga lebih baik jika dibandingkan dengan sejumlah negara berkembang lainnya, misalnya dengan India yang terapresiasi sebesar 0,33 persen.
“Bahkan mata uang Thailand dan Filipina masih mengalami depresiasi masing-masing sebesar 0,04 persen dan 0,55 persen,” jelasnya.
Destry memperkirakan apresiasi rupiah akan terus berlanjut, yang ditopang oleh surplus transaksi berjalan dan masuknya aliran modal asing. Kondisi ini pun seiring dengan prospek pertumbuhan ekonomi domestik yang kuat, laju inflasi yang terus menurun, serta imbal hasil aset keuangan domestik yang tetap menarik.
Baca Juga
Destry menambahkan, BI akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah melalui strategi triple intervention dan dan twist operation untuk mengendalikan inflasi barang impor dan memitigasi risiko rambatan akibat ketidakpastian pasar keuangan global.
“Rata-rata nilai tukar diperkirakan berada dalam kisaran Rp14.800 hingga Rp15.200 per dolar AS pada 2023 dan bergerak di kisaran Rp14.600 hingga Rp15.100 per dolar AS pada 2024,” kata Destry.