Bisnis.com, JAKARTA — Aldiracita Sekuritas Indonesia telah melakukan penjaminan emisi (underwriter) obligasi dan sukuk hampir senilai Rp18,2 triliun dan meraih pangsa pasar sebesar 11,79 persen sepanjang 2022.
Direktur Utama Aldiracita Sekuritas Rudy Utomo mengatakan capaian tersebut menempatkan Aldiracita Sekuritas di posisi ke tiga sebagai underwriter obligasi dan sukuk dengan porsi penjaminan terbesar di Indonesia.
“Posisi ini meningkat drastis jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya menempati peringkat ke-15,” katanya dalam keterangan resmi, dikutip Senin (1/5/2023).
Rudy mengklaim pihaknya akan berkomitmen memberikan pelayanan terbaik dalam membantu para pelaku industri dalam melaksanakan berbagai macam aktivitas di pasar modal, salah satunya penjaminan emisi efek baik dalam penerbitan obligasi maupun sukuk.
“Per tanggal 13 Maret 2023, PT Aldiracita Sekuritas Indonesia menempati peringkat pertama underwriter obligasi dengan porsi penjaminan terbesar di Indonesia, total kami meraih pangsa pasar sebesar 13,73 persen untuk penjaminan obligasi,” kata Rudy.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, pada 2022 total emisi obligasi dan sukuk yang berhasil dicatatkan adalah 117 emisi dari 73 emiten senilai Rp 147 triliun. Sementara per Maret 2023, total emisi obligasi dan sukuk yang sudah tercatat oleh BEI adalah 22 emisi dari 21 emiten senilai Rp27,46 triliun.
Baca Juga
Kemudian jika melihat pipeline Bursa per 14 April 2023 telah diterbitkan 27 emisi dari 25 penerbit EBUS dengan dana yang dihimpun sebesar Rp31 triliun.
“Sampai dengan 14 April 2023 terdapat 33 emisi dari 27 penerbit EBUS yang sedang berada dalam pipeline,” kata Direktur Penilaian BEI I Gede Nyoman Yetna Jumat (14/4/2023).
Sementara itu untuk pipeline initial public offering (IPO) terdapat 49 perusahaan dengan dana yang dihimpun sebesar Rp22,7 triliun.
Pada Pipeline tersebut sektor konsumer siklikal yang mendominasi sebanyak sepuluh perusahaan atau sebesar 34,48 persen, diikuti oleh sektor teknologi tujuh perusahaan atau setara 24,14 persen. Kemudian dua sektor lainnya yang mendominasi adalah sektor bahan baku dan sektor non-siklikal yang masing-masing memiliki enam perusahaan dengan presentase 20,69 persen.
Kemudian sektor lainnya, seperti sektor properti dan transportasi terdapat masing-masing lima perusahaan, sektor industrial tiga perusahaan, sektor energi, finansial, dan infrastruktur dua perusahaan masing-masing, serta satu perusahaan dari sektor kesehatan.