Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah melanjutkan penguatan pada awal perdagangan Kamis (27/4/2023), menyusul pelemahan indeks dolar AS.
Mengutip data Bloomberg pukul 09.15 WIB, rupiah dibuka menguat 44,5 poin atau 0,30 persen ke Rp14.791 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS melemah 0,08 persen ke 101,38.
Bersama rupiah, mata uang lainnya di Asia juga menguat di antaranya yen Jepang menguat 0,10 persen, dolar Taiwan menguat 0,03 persen, rupee India menguat 0,18 persen, dan baht Thailand menguat 0,20 persen.
Analis Monex Investindo Futures (MIFX) menyebutkan bahwa pelemahan dolar AS disebabkan oleh para pedagang yang menunggu data pertumbuhan ekonomi AS dan data inflasi pilihan Federal Reserve yang akan dirilis.
"Fokus saat ini terutama tertuju pada data PDB kuartal pertama AS yang akan dirilis hari ini, yang diperkirakan akan menunjukkan bahwa pertumbuhan melambat setelah kuartal keempat yang lebih kuat dari perkiraan," jelas Analis MIFX dalam riset, Kamis (27/4/2023).
Suku bunga yang tinggi, inflasi yang tinggi dan aktivitas manufaktur yang melambat diperkirakan telah mempengaruhi perekonomian AS selama tiga bulan terakhir. Data inflasi pilihan Fed, indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi akan dirilis hari ini, dan diperkirakan akan menunjukkan bahwa inflasi tetap bertahan di bulan Maret dari bulan sebelumnya.
Baca Juga
Namun, meskipun ada tanda-tanda perlambatan pertumbuhan, beberapa pejabat Fed menyerukan lebih banyak kenaikan suku bunga tahun ini, terutama karena inflasi tetap jauh di atas kisaran target bank sentral.
Sementara itu, di dalam negeri Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Indonesia Lionel Priyadi menyebutkan bahwa saat ini asing sedang cukup optimistis dengan prospek pasar Indonesia
Pasar saham dan obligasi Indonesia bergerak positif disebabkan oleh tingginya antusiasme asing terhadap prospek perekonomian Indonesia. Aliran masuk dana asing ke IHSG mencapai US$122,1 juta atau setara Rp1,81 triliun pada Rabu (26/4/2023) yang menyebabkan IHSG naik 1,3 persen.
"Meskipun data aliran masuk dana asing ke pasar obligasi masih belum tersedia, imbal hasil (yield) INDOGB tenor 10 tahun turun sebesar 15 bps menjadi 6,52 persen sesuai ekspektasi kami. Kami memperkirakan aliran masuk dana asing masih akan berlanjut seiring dengan keluarnya investor global dari pasar komoditas maupun pasar saham dan obligasi AS," jelasnya.
Samuel Sekuritas Indonesia juga memperkirakan yield INDOGB 10-tahun berpotensi melanjutkan penurunan menuju rentang 6,45-6,55 persen hari ini dan rupiah akan melanjutkan apresiasi dalam rentang Rp14.800-Rp14.900 per dolar AS.