Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Perkasa ke Rp14.676, Dolar AS Keok

Mata uang rupiah dibuka menguat 0,47 persen atau 69,5 poin ke level Rp14.676 per dolar AS. 
Mata uang rupiah dibuka menguat 0,47 persen atau 69,5 poin ke level Rp14.676 per dolar AS. Bisnis/Arief Hermawan P
Mata uang rupiah dibuka menguat 0,47 persen atau 69,5 poin ke level Rp14.676 per dolar AS. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah berhasil menguat terhadap dolar AS, bahkan menembus ke level di bawah Rp14.700 pada awal perdagangan hari ini, Jumat, (14/4/2023).

Berdasarkan data Bloomberg pukul 09.05 WIB, mata uang rupiah dibuka menguat 0,47 persen atau 69,5 poin ke level Rp14.676 per dolar AS. Indeks dolar AS terkoreksi 0,11 persen ke level 100,902.

Rupiah terus menunjukkan keperkasaannya dengan menguat 0,64 persen atau 95 poin ke level Rp14.650 per dolar AS pada 09.20 WIB. Sementara itu, sejumlah mata uang Asia lainnya juga terpantau mayoritas menguat.

Pada awal perdagangan, ringgit Malaysia menguat 0,32 persen,  yuan China menguat 0,30 persen, rupee India menguat 0,28 persen, dan peso Filipina menguat 0,37 persen.

Beberapa mata uang Asia yang terpantau menguat lainnya adalah yen Jepang menguat 0,14 persen, dolar Taiwan menguat  0,18 persen, dan Won Korea menguat 0,92 persen.

Sementara itu, mata uang dolar Hongkong bergerak stagnan. Selain itu, ada juga baht Thailand yang melemah 0,05 persen, dan dolar Singapura melemah 0,16 persen terhadap dolar AS.

Senior Economist Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto mengatakan penguatan rupiah didorong oleh ekspektasi akan segera berakhirnya siklus pengetatan moneter di AS.  

"Hal ini didukung juga oleh perkembangan data inflasi AS yang lebih rendah dari ekspektasi," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (13/4/2023).  

Inflasi AS kembali melambat pada Maret menjadi 5 persen yoy dari pada Februari di 6 persen yoy dan konsensus memperkirakan di 5,2 persen yoy. Akan tetapi, inflasi inti Amerika Serikat naik sesuai ekspektasi pasar menjadi 5,6 persen yoy, dari Februari 5,5 persen dan konsensus 5,6 persen yoy.  

Mempertimbangkan hal ini, 70 persen investor memprediksi The Fed masih akan menaikkan suku bunga pada bulan Mei sebesar 25 bps menjadi 5,25 persen.  

Rully mengatakan prospek rupiah dalam jangka panjang kemungkinan masih akan tetap stabil di bawah Rp15.000 pada akhir tahun ini, setelah The Fed mengakhiri rangkaian kenaikan suku bunga sejak Maret 2022 lalu.  

Selain itu, dia mengatakan sejumlah sektor yang akan diuntungkan dari penguatan rupiah adalah sektor yang memiliki proporsi impor yang tinggi atau kebutuhan valas yang tinggi dalam kegiatan operasionalnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper