Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada sesi I perdagangan Selasa (4/4/2023). Saham-saham kapitalisasi jumbo seperti BMRI, BBRI, BBCA, hingga GOTO membebani IHSG dengan parkir di zona merah.
IHSG turun 0,38 persen atau 25,91 poin menjadi 6.801,25 pada akhir sesi I. Sepanjang sesi, indeks bergerak di rentang 6.781-6.859. Sebanyak 182 saham menghijau, 322 saham melemah, dan 201 saham di posisi yang sama dengan penutupan perdagangan sebelumnya.
Saham-saham penghuni big cap terpantau bergerak bervariasi. Dengan BMRI terkoreksi 1,90 persen, BBRI turun 0,21 persen, kemudian ambles BBCA 1,14 persen, dan GOTO turun 0,91 persen.
Adapun saham yang menguat antara lain, ADRO yang naik 3,74 persen, kemudian UNTR naik 1,99 persen dan ITMG naik 1,07 persen. Sementara saham TLKM dan DSNG terpantau gerak ditempat alias stagnan.
Sebelumnya, Phintraco Sekuritas dalam risetnya menyebutkan IHSG berpotensi menutup gap ke 6.760 jika breaklow 6.780 pada perdagangan hari ini. Adapun resistance indeks berada di 6.850 dan support terdekat di 6.780.
Beberapa sentimen yang menyelimuti pasar pada perdagangan hari ini adalah data China Caixin Manufacturing PMI yang turun ke 50 pada Maret 2023, dari 51,6 pada Februari 2023. Meski turun, kondisi tersebut menunjukkan sektor manufaktur China masih berada di kondisi ekspansif.
Baca Juga
Di Wallstreet, DJIA dan Nasdaq melanjutkan penguatannya pada Senin (3/4/2023), sementara S&P 500 ditutup terkoreksi. Penguatan tersebut ditopang oleh kenaikan harga saham-saham energi menyusul berlanjutnya penguatan harga minyak.
Harga brent oil naik 6,31 persen ke US$84,93 per barel, sementara harga minyak mentah menguat 6,28 persen ke US$80,42 per barel pada Senin (3/4/2023). Kenaikan tersebut dipicu oleh keputusan OPEC+ untuk memangkas volume produksi minyak sebesar 1,16 juta barel per hari.
Dari data ekonomi, U.S. ISM Manufacturing PMI turun ke 46,3 di Maret 2023 dari 47,7 pada Februari 2023.
Sementara itu dari dalam negeri, inflasi melambat lebih dalam dari perkiraan ke 4,97 persen YoY pada Maret 2023 dari 5,47 persen YoY pada Februari 2023.
“Kondisi ini dapat menjadi modal yang bagus dalam menghadapi potensi kenaikan inflasi menjelang Hari Raya Idulfitri. Kondisi inflasi diperkirakan relatif stabil,” tulis Phintraco.
Masih dari dalam negeri, Indeks Manufaktur Indonesia naik ke 51,9 pada Maret 2023 dari 51,2 pada Februari 2023.
Secara teknikal, Phintraco menyebutkan mayoritas emiten sudah di overbought area. Sehingga pelaku pasar disarankan memperhatikan peluang buy on support di beberapa emiten seperti BBRI, SMGR, MIKA, ICBP, dan INDF pada Selasa (4/4/2023).