Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah ekspansi emiten logam Grup Bakrie dan Salim, PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS), di segmen emas membuat sahamnya menarik dicermati meskipun masih mencatat penurunan laba bersih pada 2022.
Berdasarkan laporan keuangan BRMS pada kuartal IV/2022, Perseroan berhasil membukukan laba bersih sebesar US$7 juta atau melesat 172,1 persen dari kuartal sebelumnya, namun turun 88,4 persen dari tahun sebelumnya.
Adapun, sepanjang 2022 Perseroan mencatat laba bersih sebesar US$13,68 juta atau turun 80,2 persen dari tahun sebelumnya (yoy). Namun capaian tersebut masih 227,6 persen di atas estimasi Analis Samuel Sekuritas Indonesia, dan 195,1 persen dari estimasi konsensus.
Pada 2023 sendiri, BRMS menargetkan volume produksi emasnya akan melebihi 20.000 troy ons atau meningkat 269,3 persen dari tahun sebeumnya. Pertumbuhan produksi tersebut akan didukung oleh tambahan kapasitas produksi dari pabrik pengolahan emas keduanya, yang selesai pada kuartal III/2022.
Ke depan, perseroan memperkirakan kapasitas produksi emas tahunannya bahkan bisa melebihi 70.000 troy ons per tahun setelah selesainya pabrik pengolahan emas ketiga dan keempatnya.
Selain itu, BRMS juga diperkirakan akan mendapat tambahan produksi hasil dari akuisisi yang dilakukan baru-baru ini, dengan mengakuisisi 80 persen kepemilikan tambang emas Kerta menggunakan penyelesaian piutang dari PT Suma Heksa Sinergi pada tahun 2022.
Sebagai catatan, tambang emas Kerta memiliki 18 juta ton cadangan mineral dan 75 juta ton sumber daya mineral, dengan kadar emas rata-rata 1.07 g/t.
"Kami mempertahankan rating BUY kami dengan target harga [TP] berbasis SOTP sebesar Rp200 per saham," ujar tim analis Samuel Sekuritas dalam riset, dikutip Senin (27/3/2023).
Adapun, sejumlah risiko yang bakal menekan harga di antaranya harga komoditas global yang lebih rendah dari perkiraan, dan perubahan regulasi.
Harga saham BRMS sendiri pada akhir perdagangan Senin (27/3/2023) tercatat naik 0,61 peren atau 1 poin ke Rp166. Sepanjang 2023 berjalan harga sahamnya tumbuh 4,40 persen. Namun, dalam setahun harga sahamnya turun 4,05 persen
Baca Juga
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.