Bisnis.com, JAKARTA — Emiten batu bara Grup Bakrie, PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) mencatatkan penurunan kinerja sepanjang semester I/2025. BUMI membukukan laba bersih sebesar US$20,40 juta atau setara Rp331,21 miliar (kurs Jisdor 30 Juni 2025 Rp16.231 per dolar AS).
Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2025, BUMI mencatatkan pendapatan sebesar US$677,93 juta atau setara Rp11 triliun pada semester I/2025. Pendapatan ini naik 13,78% year on year (YoY) dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$595,84 juta.
Seiring meningkatnya pendapatan, beban pokok pendapatan BUMI juga naik 5,31% YoY menjadi US$570,90 juta, dari sebelumnya pada semester I/2024 sebesar US$542,09 juta.
Meski begitu, laba bruto BUMI tercatat tercatat melonjak 99,14% menjadi US$107,02 juta pada akhir Juni 2025 dari sebelumnya sebesar US$53,74 juta pada semester I/2024.
Setelah dikurangi berbagai macam beban yang diefisiensikan, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk BUMI tercatat turun hingga 75,97% menjadi US$20,40 juta atau setara Rp331,21 miliar. Laba bersih ini turun dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$84,91 juta atau setara Rp1,37 triliun.
Salah satu penekan laba bersih BUMI adalah beban bunga dan keuangan yang naik 47,45% menjadi US$11,47 juta, dari sebelumnya hanya sebesar US$7,78 juta.
Baca Juga
Adapun hingga akhir Juni 2025, BUMI mencatat jumlah aset sebesar US$3,91 miliar, naik dari akhir Desember 2024 yang sebesar US$4,16 miliar.
Sementara itu, jumlah liabilitas BUMI berkurang menjadi US$1,11 miliar per 30 Juni 2025, dari sebelumnya sebesar US$1,29 miliar per 31 Desember 2024.
Di sisi lain, total ekuitas BUMI adalah sebesar US$2,80 miliar pada akhir Juni 2025, dari US$2,86 miliar pada akhir 2024.
Pada pemberitaan Bisnis sebelumnya, BUMI menargetkan pendapatan non-batu bara dapat berkontribusi sebesar 50% dari total pendapatan perseroan pada 2030.
Vice President Investor Relations & Chief Economist Bumi Resources Achmad Reza Widjaja menjelaskan perseroan berharap akan ada pendapatan non-batu bara sekitar 50% dari total pendapatan perseroan.
“Kalau kita lihat sekarang ini, 17% pendapatan dari non-batu bara. Karena kami ada konsolidasi dengan Bumi Resources Minerals, kami punya saham 20% di BRMS, jadi ada masukan pendapatan atau profit dari BRMS tentunya,” ujar Reza beberapa waktu lalu.
Reza juga menyampaikan pada 2026 nanti, produksi BRMS dapat meningkat. Lalu, pada 2027 dan seterusnya, Reza meyakini pendapatan non-batu bara termal BUMI akan terus meningkat sampai nantinya tahun 2060.
Reza menuturkan BUMI juga akan melirik berbagai usaha tambang lainnya, bukan hanya batu bara. Menurutnya, hal ini sesuai dengan keahlian perseroan di sektor tambang.
“Unlocking the future, ini yang kami akan angkat. Kami notabene tidak melihat batu bara ke depan itu akan menjadi penopang dari bisnis kita sendiri,” kata Reza.
Menurutnya, BUMI akan mengubah perusahaan ini dengan bisnis yang tadinya hanya berfokus pada batu bara menjadi non-batu bara. Hal ini sesuai dengan yang diwacanakan oleh pemerintah dan dunia.
________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.