Bisnis.com, JAKARTA — Batavia Prosperindo Aset Manajemen terus melakukan analisa secara independen di tengah penurunan mayoritas kinerja reksa dana terpantau pada pekan ketiga Februari 2023. Batavia lebih memilih deposito dari bank yang sehat dan obligasi dari perusahaan dengan peringkat baik.
Direktur Batavia Prosperindo Aset Manajemen Eri Kusnadi mengatakan pihaknya mengelola reksa dana pasar uang sesuai dengan filosofi investasi fundamental yang aktif. Batavia juga menyebut saat ini memiliki reksa dana pasar uang dengan kombinasi deposito dan obligasi.
“Kami memiliki reksa dana pasar uang kombinasi deposito dan obligasi. Ada yang 100 persen deposito, serta sudah ada yang syariah,” ujar Eri kepada Bisnis, Minggu (19/2/2023).
Dia menyarankan agar para investor untuk menekankan kualitas pemilihan underlying aset pada produk. Selain itu, investor perlu mengantisipasi dinamika pasar. Eri menyebut saat ini minat investor memang cukup banyak untuk produk reksa dana pasar uang dan reksa dana saham.
Sementara itu, Batavia tidak berencana menambah produk lantaran dirasa sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan investor.
“Kami rasa pilihan reksa dana pasar uang Batavia yang ada saat ini sudah cukup memenuhi kebutuhan berbagai investor kami,” katanya.
Baca Juga
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan dari reksa dana pasar uang produk Reksa Dana Batavia Dana Kas Maxima memiliki Nilai Aktiva Bersih (NAB) sebesar Rp10,64 triliun per Januari 2023. Sementara unit penyertaan (UP) mencapai Rp6,42 triliun.
Berdasarkan data Infovesta, produk Batavia Dana Kas Maxima tercatat naik 0,28 persen per 17 Februari 203.
Data Infovesta juga menunjukkan indeks return reksa dana saham dan return reksa dana pendapatan tetap kompak turun 0,02 persen pada rentang 13-17 Februari 2023. Sementara return reksa dana campuran tercatat turun 0,03 persen.
Research & Consulting Manager PT Infovesta Utama Nicodimus Anggi Kristiantoro mengatakan hanya indeks return reksa dana pasar uang yang tercatat menguat, yakni naik 0,07 persen. Penguatan reksa dana pasar uang disebut sesuai dengan karakteristiknya dan cenderung stabil ditengah volatilitas pasar.
Dia mengatakan volatilitas terjadi akibat sentimen global khususnya setelah Amerika Serikat (AS) merilis data inflasi yang turun 6,4 persen secara year-on-year (YoY). Padahal konsensus pasar memprediksi inflasi turun 6,2 persen secara YoY.
“Begitu pula rilis inflasi harga produsen yang justru meningkat sebesar 0,7 persen secara month-on-month (MoM),” kata Anggi kepada Bisnis, Minggu (19/2/2023).
Sepanjang tahun berjalan atau year-to-date (YtD), indeks return reksa dana campuran naik 0,85 persen, return reksa dana pasar tunai naik 0,79 persen, reksa dana pasar uang naik 0,51 persen, dan reksa dana saham naik 0,29 persen,