Bisnis.com, JAKARTA - Reksa dana pendapatan tetap yang berbasis obligasi diproyeksi masih akan tetap mendulang cuan ketimbang jenis produk lainnya, meski tingkat inflasi Amerika Serikat (AS) berada di level 6,4 persen atau tidak sesuai ekspektasi pasar.
Research and Consulting Infovesta Utama Nicodemus Anggi mengatakan prospek kinerja reksa dana pendapatan tetap, sebagai reksa dana dengan obligasi sebagai aset dasarnya, masih lebih unggul ketimbang jenis lainnya.
Apalagi, kata dia, apabila pada bulan depan, The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan sesuai konsensus 25bps atau tidak ada kebijakan yang menimbulkan shock di pasar.
"Sehingga bisa lebih meningkatkan kenaikan harga obligasi domestik," kata Anggi kepada Bisnis, Kamis (16/2/2023).
Meski demikian, kata Anggi, setelah rilis data inflasi AS tersebut, acuan indeks reksadana pendapatan tetap, Infovesta Fixed Income Fund Index, turun secara harian sebesar 0,02 persen ke level 4.443,46.
Menurut Anggi, Rilis inflasi Amerika Serikat membuat persepsi risiko pasar terkait kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed yang agresif.
Baca Juga
Menurut dia, setelah rilis inflasi tersebut, data Fed Funds Futures yang merupakan indikator cerminan ekspektasi pasar terhadap suku bunga The Fed, menunjukkan FFR akan berada di level 5 persen sampai 5,25 persen, hingga akhir tahun 2023.
Peningkatan risiko ini mendorong yield obligasi US Treasury 10 tahun naik. Hal ini turut memberikan dampak psikologis kurang baik untuk yield obligasi SBN 10-tahun yang juga terkerek naik.
Namun, tutur Anggi, masih ada potensi untuk peningkatan harga obligasi, apabila Bank Indonesia punya sikap yang dovish terhadap kebijakan moneternya. Diketahui, BI baru saja menahan tingkat suku bunga di level 5,75 persen.
"Seiring inflasi Indonesia yang terus terjaga dalam tren melandai dengan estimasi pada akhir tahun bisa kembali ke target batas atas kisaran BI di 4 persen. Selain itu, stabilisasi Rupiah yang saat ini cukup stabil berada di tren 14.900 hingga 15.100 diprediksi dapat menjadi katalis positif untuk pasar obligasi domestik," kata dia.
Sebelumnya, Para pejabat Federal Reserve menekankan perlunya kenaikan suku bunga lebih tinggi dari perkiraan setelah data inflasi terbaru berada di atas ekspektasi.
Dilansir dari Bloomberg pada Rabu (15/2/2023), Presiden The Fed Richmond Thomas Barkin mengatakan bahwa jika inflasi terus berlanjut jauh di atas target the Fed, bank sentral perlu meningkatkan suku bunga lebih dari perkiraan sebelumnya.
Adapun Presiden The Fed Dallas Lorie Logan mengatakan bank sentral siap untuk melanjutkan kenaikan suku bunga untuk jangka waktu yang lebih lama dari yang diperlukan sebelumnya jika diperlukan untuk menanggapi perubahan dalam prospek ekonomi atau untuk mengimbangi pelonggaran kondisi yang tidak diinginkan.