Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jadi Penghuni Baru Papan Akselerasi, Bagaimana Geliat IPO BMBL?

KGI Sekuritas Indonesia memperkirakan calon emiten PT Lavender Bina Cendikia Tbk. (BMBL) menarik karena memiliki jenis usaha yang belum ada di pasar modal.
Karyawati beraktivitas di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari pertama perdagangan saham tahun 2023 di Jakarta, Senin (2/1/2023). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati beraktivitas di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari pertama perdagangan saham tahun 2023 di Jakarta, Senin (2/1/2023). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — KGI Sekuritas Indonesia memperkirakan calon emiten PT Lavender Bina Cendikia Tbk. (BMBL) menarik karena memiliki jenis usaha yang belum ada di pasar modal.

Mengutip riset di situs resmi e-ipo, Analis KGI Sekuritas Rovandi memperkirakan pertumbuhan untuk BMBL berdasarkan dengan valuasi DCF yaitu Rp 200 per saham dengan WACC:15,7 persen. Dengan begitu ada potensi pertumbuhan P/E di 51,0 kali.

Sebagai informasi, angka itu di bawah rata-rata papan akselerasi tempat Lavender berada dengan P/E di kisaran 66,8 kali. Juga P/BV sebesar 2,55 kali lebih kecil dari papan akselerasi 2,82 kali.

Pasalnya, dari 3 perusahaan di papan akselerasi yang bervaluasi P/E tertinggi yakni saham OLIV, IBOS dan AMMS dengan P/E 270 kali, 138 kali dan 97 kali. Adapun 3 saham terendah yakni PPGL, MGLV dan WGSH dengan P/E 4,5 kali, 13,9 kali dan 23,7 kali.

Dengan begitu rata-rata sektor papan akselerasi berada di 66,8 kali dengan P/BV di 2,82 kali. Untuk Perusahaan Lavender didapatkan P/E di level 51,0 kali dengan P/BV 2,55 kali jauh berada di bawah rata-rata nilai papan akselerasi.

Rovandi memperkirakan kinerja keuangan BMBL pada 2022 ini diproyeksikan mengantongi laba bersih sebesar Rp 4 miliar. Angka itu naik hampir 2 kali lipat dari perolehan laba bersih di 2021 sebesar Rp 2,13 miliar.

Dalam proyeksi perusahaan, laba bersih di 2023 bisa mencapai Rp6 miliar dan 2024 mencapai Rp16,5 miliar.

Sementara pendapatan tahun ini diperkirakan mencapai Rp15,3 miliar. Angka proyeksi itu juga naik lebih dari 2 kali lipat dari perolehan di 2021 sebesar Rp7,8 miliar. Sementara proyeksi di 2023 sebesar Rp28,8 miliar dan 2024 Rp46,19 miliar.

Rovandi menuturkan terdapat 4 hal yang patut dicermati investor. Pertama kapitalisasi pasar yang kecil, kedua potensi likuiditas yang berkurang terkait poin satu, ketiga belum adanya ekspansi membuat cabang, keempat perlambatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper