Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Akhiri Pekan Bergejolak dengan Cuan Jumbo

S&P 500 dan Nasdaq 100 yang banyak berisi saham teknologi mencatat kenaikan mingguan terpanjang sejak Agustus 2022. Saham Apple pun reli.
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat (AS) mengakhiri pekan yang bergejelok dengan kenaikan cukup besar pada perdagangan Jumat (28/10/2022) waktu setempat karena laporan laba Apple Inc. mendorong reli saham teknologi.

Berdasarkan data Bloomberg, Sabtu (29/10/2022), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 2,59 persen atau 828,52 poin ke 32.861,80, S&P 500 melejit 2,46 persen atau 93,76 poin ke 3.901,06, dan Nasdaq melesat 2,87 persen atau 309,78 poin ke 11.102,45.

S&P 500 dan Nasdaq 100 yang banyak berisi saham teknologi mencatat kenaikan mingguan terpanjang sejak Agustus 2022. Keuntungan di perusahaan teknologi besar termasuk Microsoft Corp dan induk Google Alphabet Inc membantu kedua indeks menghentikan penurunan dua hari sebelumnya.

Obligasi pemerintah AS bergerak lebih lemah pada Jumat, mematahkan reli tiga hari, sementara dolar AS naik untuk sesi kedua berturut-turut.

Saham, obligasi, dan dolar melemah minggu ini karena investor berusaha memahami laporan pendapatan dan data ekonomi yang saling bertentangan.

Laporan triwulanan dari perusahaan teknologi berkapitalisasi pasar jumbo menggarisbawahi dampak dari rezim pengetatan The Fed, dan akibatnya dolar melonjak. Namun secara keseluruhan, sebagian besar pendapatan masih mengalahkan perkiraan analis, dengan Caterpillar Inc., yang dianggap sebagai perusahaan penentu arah, menyoroti permintaan pembeli yang kuat.

“Laporan keuangan musim ini berubah menjadi musim laba yang cukup kuat, sama seperti kuartal kedua. Seperti yang Anda lihat, reli sangat luas. Ini belum tentu spesifik saham. Apa yang menggerakkan pasar pada dasarnya adalah penilaian. Dan valuasinya ditepikan dari ekspektasi ke mana arah Fed akan mendarat,” kata Anik Sen, kepala ekuitas global di PineBridge Investments,

Sementara itu, ukuran inti inflasi AS meningkat pada September 2022, memperkuat kasus The Fed untuk kenaikan suku bunga jumbo lainnya minggu depan. Tetapi kontraksi di bidang manufaktur dan jasa, dan penjualan rumah AS yang lebih rendah dari perkiraan, menunjukkan bahwa tindakan The Fed sudah memukul perekonomian. Data produk domestik bruto, yang dirilis pada hari Kamis, secara singkat meredakan kekhawatiran akan resesi di ekonomi AS.

Para ekonom masih memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar tiga perempat poin persentase untuk keempat kalinya berturut-turut minggu depan. Kemudian suku bunga acuna diproyeksikan akan naik setengah poin lagi pada Desember, dan sebesar seperempat poin pada dua pertemuan berikutnya.

"Terlalu dini untuk mengharapkan Fed memberi sinyal sikap yang lebih dovish. Kami mempertahankan pandangan kami untuk pertumbuhan ekonomi mencapai titik terendah di pertengahan tahun 2023 dan agar The Fed berhenti mendaki pada kuartal I/2023,” kata Mark Haefele, kepala investasi di UBS Global Wealth Management.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper