Bisnis.com, JAKARTA - Tren kenaikan suku bunga membuat serapan Obligasi Ritel Indonesia (ORI) ORI022 cenderung lebih lambat dibandingkan seri - seri pendahulunya.
Berdasarkan data yang dilansir dari salah satu mitra distribusi daring Kamis (13/10/2022) sekitar pukul 17.10 WIB, total penjualan SBR011 telah menyentuh Rp7,54 triliun. Adapun kuota pemesanan tercantum Rp2,45 triliun dari target Rp10 triliun.
Serapan ORI022 terbilang lebih lamban dibandingkan dengan seri SBN ritel yang ditawarkan sebelumnya, SR017. Pada penawaran SR017, pemerintah beberapa kali melakukan penambahan kuota seiring dengan tingginya minat investor ritel. SR017 pun mampu mencatatkan penjualan Rp26,97 triliun.
Sementara itu, pada penawaran seri ORI021 minat investor ritel juga cukup tinggi dan mampu mencatatkan penjualan sebesar Rp25,06 triliun.
Terkait hal tersebut, Head of Research & Market Information Department Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) Roby Rushandie menjelaskan lambatnya penjualan ORI022 disebabkan oleh kupon yang tidak berubah banyak dibandingkan dengan SR017.
Di sisi lain, ORI022 diterbitkan di tengah terjadinya tren kenaikan suku bunga global, termasuk suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).
Baca Juga
"Sepertinya investor cenderung menanti seri ritel berikutnya, karena ekspektasinya akan memberikan kupon yang lebih tinggi," jelasnya saat dihubungi, Kamis (13/10/2022).
Senada, Chief Investment Officer STAR AM Susanto Chandra menuturkan lambatnya penjualan ORI022 bukan disebabkan oleh tidak adanya obligasi ritel yang akan jatuh tempo. Ia menjelaskan saat ini investor ritel masih cenderung wait and see sebelum membeli ORI022.
"Investor kemungkinan memiliki alternatif investasi dengan imbal hasil relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ORI022 saat ini," katanya.
Sebelumnya, Analis Obligasi Samuel Sekuritas Indonesia Fikri C. Permana mengatakan fitur-fitur yang dimiliki ORI022 memiliki sejumlah daya tarik.
“Untuk sementara ORI022 masih menarik ya, karena kalau dibandingkan dengan instrumen risiko sejenis misalnya deposito, yield-nya masih cukup baik, insentif pajaknya juga lebih baik,” ujarnya.
Fikri menambahkan, fitur ORI022 tersebut menjadi hal positif untuk menjaga risiko inflasi ke depan bagi para investor. “Dalam 3 tahun ke depan masih relatif lebih positif,” imbuhnya.