Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) resmi menutup masa penawaran obligasi negara ritel (ORI) seri ORI022 pada Kamis, (20/10/2022) lalu dengan mencatatkan penjualan mencapai Rp13,04 triliun. Angka ini nyatanya belum nemenuhi target penawaran sebesar Rp15 triliun setelah penambahan kuota yang sebelumnya Rp10 triliun.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan pencapaian nilai transaksi ORI022 masih dapat dikatakan baik di tengah kondisi ekonomi saat ini dimana The Fed dan Bank Indonesia sedang berlomba menaikkan suku bunga.
"Cuma dalam kondisi seperti ini ditengah tren kenaikan suku bunga baik di global maupun kita menurut saya angka Rp13 triliun itu masih baik. Karena kita juga masih dalam pendalaman pasar. Segmentasi pendalaman pasar indonesia masih terus tumbuh," katanya menjawab pertanyaan Bisnis, Selasa (25/10/2022).
Pencapaian ORI seri ORI022 ini memang terlihat jauh tertinggal dibanding seri SBN ritel sebelumnya yaitu ORI021 dan SR017 yang mencatatkan hasil yang lebih tinggi.
Berdasarkan Penetapan Hasil Penjualan Obligasi Negara Ritel seri ORI021 oleh DJPPR total volume penerbitan ORI021 adalah sebesar Rp25,06 triliun. Sedangkan penjualan SR017, SBN ritel yang dipasarkan sebelum ORI022, mampu menghasilkan total pemesanan sebesar Rp26,97 triliun dari 65.362 investor
Tidak maksimalnya penjualan ORI022 selain karena keadaan ekonomi global, menurut Ramdhan juga dipengaruhi oleh jarak launching antar seri yang terlalu dekat. Dengan demikian, investor sudah banyak yang melakukan investasi pada seri sebelumnya.
Baca Juga
"Jarak antara instrumen juga sangat dekat serta ketersediaan sepanjang tahun juga sudah baik. Jarak yang pendek ini membuat masyarakat sudah masuk dalam seri sebelumnya," lanjutnya.
Pada penerbitan ORI022 kali ini, pemerintah mencatat 39.527 investor yang ikut berpartisipasi, dengan 16.926 pesanan atau 42,8 persen merupakan investor baru.
Rata-rata pemesanan (tingkat keritelan) ORI022 sebesar Rp329,3 juta per investor, lebih baik dibandingkan ORI021 sebesar Rp445,7 juta per investor. Terdapat 2.962 atau 7,5 persen investor yang melakukan pemesanan dengan nominal Rp1 juta.
Selanjutnya setelah ORI022, pemerintah akan menerbitkan SBN ritel terakhir yaitu Sukuk Tabungan pada November mendatang.
Sukuk Tabungan ini memiliki karakteristik sama dengan SK sebelumnya yaitu merupakan green sukuk ritel, non-tradable, dan memiliki tenor 2 tahun. ST ini juga diprediksi akan memiliki kupon yang lebih besar dibandingkan seri sebelumnya.
Hal itu dikatakan Ramdhan karena penentuan besaran kupon dipengaruhi oleh keadaan pasar dan suku bunga.
“Bagaimana suku bunga yang sedang yerjadi. Karena tren suku bunga sedang naik, investor akan menunggu seri berikutnya karena kemungkinan kenaikan kupon akan lebih besar mengikuti suku bunga dan keadaan pasar,” imbuhnya.