Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pelayaran minyak dan gas milik Tommy Soeharto PT GTS Internasional Tbk. (GTSI) dan entitas anak mencatat pertumbuhan kinerja pada semester pertama 2022 yang lebih baik dengan raihan laba US$4,17 juta.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan dalam enam bulan sampai dengan 30 Juni 2022, emiten bersandi saham GTSI tersebut mencetak laba bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk senilai US$4,17 juta, berbalik dari rugi bersih US$724.390 pada periode yang sama 2021.
Laba yang diperoleh berasal dari pendapatan usaha sebesar US$21,14 juta, tumbuh dari tahun sebelumnya senilai US$9,76 juta. Kendati demikian, beban pokok pendapatan perusahaan juga mengalami kenaikan signifikan dari US$9,09 juta menjadi US$12,72 juta.
Pendapatan mayoritas berasal dari pihak ketiga, yakni BP Berau Ltd. senilai US$9,19 juta yang kontraknya baru didapatkan pada awal Januari 2022. Selanjutnya, pendapatan terbesar diraih dari PT PLN Gas dan Geothermal senilai US$5,92 juta, dan dari pihak berelasi PT Humpuss Transportasi Kimia senilai US$5,76 juta.
Pendapatan lainnya didapat dari PT Habochem Shipping US$50.000, PT MOL Indonesia US$100.000, MCGC International Ltd. US$50.000, Mitsui OSK Lines Ltd. senilai US$6.000, dan PT Humpuss Transportasi Curah US$53.309.
Selanjutnya, GTS Internasional berhasil mencetak laba kotor senilai US$8,41 juta, naik dari tahun sebelumnya hanya US$664.089.
Baca Juga
Lebih lanjut, total aset perusahaan mengalami penurunan dari US$128,68 juta sampai dengan 31 Desember 2021 menjadi US$125,61 juta pada semester I/2022. Total liabilitas turun dari US$80,63 juta pada sampai dengan 31 Desember 2021 menjadi US$74,66 sampai dengan 30 Juni 2022.
Adapun, total ekuitas naik dari US$48,04 juta sampai dengan 31 Desember 2021 menjadi US$50,95 juta sampai dengan 30 Juni 2022.
Pada pedagangan terakhir, Senin (18/7/2022), harga saham GTSI tercatat naik 1,75 persen atau 1 poin ke 58. Sepanjang 2022 berjalan (ytd), harga saham GTSI mencatat penurunan 13,43 persen.