Bisnis.com, JAKARTA - Indeks harga saham gabungan atau IHSG akan dipengaruhi sentimen proyeksi kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia. Sejumlah saham layak dicermati hari ini.
IHSG parkir pada posisi 6.976,37 atau naik 0,15 persen pada Senin (20/6/2022). Sepanjang sesi IHSG bergerak pada rentang 6.859,59 - 6.976,37.
CEO PT Yugen Bertumbuh Sekuritas William Surya Wijaya menyampaikan pergerakan IHSG dipengaruhi sentimen dalam negeri berupa penetapan tingkat suku bunga oleh BI yang diperkirakan akan mengalami perubahan.
"Keputusan BI dapat memberikan dampak terhadap terhadap pola gerak IHSG dalam pekan ini," paparnya dalam publikasi riset.
IHSG juga dipengaruhi sentimen harga komoditas yang cenderung memiliki potensi tertekan dibanding peluang naik. Hari ini IHSG berisiko melemah dalam rentang 6.888 - 7.074
Rekomendasi saham pilihan hari ini ialah ASRI, JSMR, TLKM, ASII, AALI, INDF, LSIP, WIKA, BBCA.
Baca Juga
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) dinilai perlu segera menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) untuk mengantisipasi lonjakan inflasi pada semester kedua tahun ini.
Sebagaimana diketahui, bank sentral Amerika Serikat (AS), the Fed, kembali menaikkan suku bunga secara agresif sebesar 75 bps pada FOMC bulan ini.
Kebijakan tersebut sebagai respons terhadap inflasi AS yang terus meningkat, bahkan mencapai 8,6 persen pada Mei 2022.
The Fed memberi sinyal akan kembali menaikkan suku bunga pada FOMC mendatang, mempertimbangkan kondisi inflasi ke depan. Selain itu, suku bunga the Fed diperkirakan kemungkinan akan naik hingga mencapai level 3,4 persen pada 2022.
“Dalam jangka pendek, BI perlu segera menaikkan suku bunga 50 bps sebagai langkah pre-emptives hadapi tekanan inflasi di semester ke II/2022,” kata Ekonom dan Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira kepada Bisnis, Senin (20/6/2022).
Di samping merespons melalui kebijakan suku bunga dan Giro Wajib Minimum (GWM), Bhima menilai, BI juga dapat meningkatkan rasio Loan to value (LtV), terutama LtV hijau guna mendorong permintaan properti yang berkelanjutan.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.