Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang rupiah pada perdagangan hari ini, Kamis (21/8/2025) dibuka stabil saat indeks dolar AS menguat.
Berdasarkan data Bloomberg pukul 09.06 WIB, rupiah belum bergerak dari posisinya di Rp16.271,50 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS menguat 0,04% ke posisi 98,25. Selanjutnya pada pukul 09.30 WIB, rupiah bergerak melemah 16 poin atau 0,1% ke posisi Rp16.287,5 per dolar AS.
Pada saat yang sama, mata uang negara Asia lainnya dibuka bervariasi. Yen Jepang pada perdagangan hari ini dibuka melemah 0,07%, sementara dolar Hongkong dibuka menguat 0,05%, dan dolar Singapura melemah 0,02% terhadp dolar AS.
Sementara itu, melihat pergerakan yang paling signifikan pada pembukaan perdagangan hari ini, dolar Taiwan dibuka melemah 0,34%, sedangkan ringgit Malaysia dibuka menguat 0,14%.
Sebelumnya, pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi mengatakan beberapa kebijakan fiskal pemerintah akan mempengaruhi pergerakan rupiah. Dalam RAPBN 2026, pemerintah berencana menarik utang baru senilai Rp781,87 triliun melalui penerbitan SBN dan penarikan pinjaman.
Ibrahim menjelaskan bahwa pembiayaan utang dari SBN direncanakan akan mencapai Rp749,19 triliun, atau naik dibandingkan dengan outlook 2025. Kemudian, pembiayaan pinjaman (neto) pada 2026 direncanakan sebesar Rp32,67 triliun, atau turun 74,9% dibandingkan outlook 2025.
Kemarin, rupiah ditutup melemah 0,16% ke level Rp16.271 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar AS menguat 0,05% ke posisi 98,32.
Ibrahim mengatakan bahwa kemarin pasar juga menunggu hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI), yang akhirnya memutuskan untuk menurunkan kembali suku bunga acuan atau BI rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5% pada Agustus 2025.
Di sisi lain, sentimen global yang mempengaruhi pergerakan rupiah menurut Ibrahim adalah perkembangan konflik antara Rusia-Ukraina. Presiden AS Donald Trump telah berjanji bahwa AS akan membantu menjamin keamanan Ukraina sebagai bagian dari penyelesaian damai.
Selain itu, kebijakan tarif AS juga masih membayang-bayangi pergerakan rupiah. Ibrahim bilang, saat ini pasar sedang mencari kejelasan tentang tarif sekunder 25% dari AS terhadap India.
"Pasar juga khawatir tentang tarif tambahan 25% AS yang dikenakan kepada India atas pembelian minyak Rusia, yang akan berlaku efektif pada 27 Agustus. Penasihat perdagangan Gedung Putih, Peter Navarro, secara eksplisit memperingatkan bahwa India harus menghentikan perdagangan minyak Rusia atau menghadapi konsekuensi lebih lanjut," ujarnya.