Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Perkasa, Indonesia Tambah Utang Lagi via Global Bond

Rupiah mampu bertahan di zona hijau sekalipun dolar AS juga menguat di hadapan mata uang utama lainnya.
Petugas menunjukkan mata uang dolar AS dan rupiah di Money Changer, Jakarta, Senin (19/4/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Petugas menunjukkan mata uang dolar AS dan rupiah di Money Changer, Jakarta, Senin (19/4/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Rupiah menguat tipis di tengah penguatan indeks dolar pada penutupan perdagangan Rabu (23/3/2022).

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Garuda ditutup menguat tipis di hadapan dolar AS, baik 0,01 persen atau 1,5 poin ke Rp14.346 per dolar AS. Sementara itu indeks dolar AS menguat 0,08 persen ke 98,57. 

Pada bagian lain, pemerintah Indonesia berhasil menebitkan global bond senilai US$1,75 miliar di tengah volatilitas pasar akibat kenaikan suku bunga The Fed dan dampak perang Rusia-Ukraina. 

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebutkan dolar AS menguat terhadap mata uang lainnya, karena investor perlahan beralih ke aset berisiko dan kenaikan harga komoditas terus mendorong pergerakan pasar.

Saham AS dan Asia Pasifik menguat pada Rabu waktu setempat, dengan sebagian besar investor mengabaikan kekhawatiran tentang dampak ekonomi dari perang di Ukraina, kecuali komoditas.

Imbal hasil obligasi tenor 10 tahun AS juga naik menjadi 2,4026 persen di awal sesi Asia pada Rabu, mendapat dukungan dari pidato ketua Federal Reserve AS Jerome Powell pada Senin, di mana ia mengisyaratkan kenaikan suku bunga lebih dari 25 basis poin pada pertemuan kebijakan mendatang.

"Pasar memperkirakan sampai 72,2 persen bahwa Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada Mei 2022, dengan peluang kenaikan yang lebih besar melonjak dari lebih dari 50 persen pada Senin lalu. Patokan imbal hasil Treasury AS 10-tahun juga mencapai tertinggi baru sejak Mei 2019," ungkapnya dalam riset harian, Rabu (23/3/2022).

Dari sisi internal pasar masih memantau perkembangan tentang tarif pajak pertambahan nilai (PPN) yang akan diberlakukan mulai bulan depan. Sedangkan PPN naik menjadi 11 persen yang sebelumnya sebesar 10 persen.

Kenaikan PPN ini pun mendapat penolakan dari banyak kalangan termasuk pengusaha. Sebab, saat ini adalah masa pemulihan ekonomi yang tak seharusnya dibarengi dengan kenaikan PPN.

Menanggapi hal ini, Pemerintah melalui Sri Mulyani menekankan tidak akan ada penundaan PPN. Sebab, uang pajak dibutuhkan untuk membantu masyarakat terutama dalam pandemi Covid-19 seperti memberikan berbagai bantuan sosial.

Menurutnya, pemerintah masih memiliki ruang untuk menaikkan PPN. Sebab, rata-rata PPN di dunia sebesar 15 persen dan Indonesia baru 10 persen saja sehingga diputuskan untuk menaikkan tarif PPN menjadi 11 persen.

Oleh karenanya, meski banyak pihak yang merasa ini bukan waktu yang tepat namun menurutnya harus dilakukan saat ini. Sebab, perekonomian sudah mulai pulih dan APBN yang sebelumnya sudah bekerja begitu keras harus kembali disehatkan.

Selain itu, kenaikan PPN tidak bisa hanya dilihat dalam jangka pendek. Sebab, ini dilakukan guna membangun Indonesia yang makin kuat ke depannya.

Dengan demikian, maka kenaikan PPN bukan untuk makin menyusahkan masyarakat. Namun untuk membangun masa depan yang akan dinikmati oleh masyarakat juga.

Untuk perdagangan besok, Kamis (24/3/2022, Ibrahim memprediksikan rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat terbatas di rentang Rp14.330 - Rp14.370.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper