Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Batu Bara Menguat, Adaro (ADRO) Kerek Produksi Secara Kuartalan

ADRO mencatatkan produksi batu bara sebesar 13,62 juta ton pada kuartal II/2021. Realisasi itu lebih tinggi 6 persen dari kuartal I/2021 yang seberat 12,87 juta ton.
Kegiatan pertambangan batu bara di wilayah operasional PT Adaro Energy Tbk./adaro.com
Kegiatan pertambangan batu bara di wilayah operasional PT Adaro Energy Tbk./adaro.com

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten tambang PT Adaro Energy Tbk. berangsur-angsur menaikkan kapasitas produksi untuk mengambil momentum penguatan harga batu bara.

Walaupun produksi batu bara emiten berkode saham ADRO ini masih melemah pada semester I/2021 secara tahunan, namun terjadi kenaikan produksi pada kuartal II/2021 dari kuartal I/2021.

Berdasarkan laporan operasional kuartalan kuartal II/2021 yang disampaikan ADRO, perseroan mencatatkan produksi batu bara sebesar 13,62 juta ton pada kuartal II/2021. Realisasi itu lebih tinggi 6 persen dari kuartal I/2021 yang seberat 12,87 juta ton.

Volume penjualan pada periode April-Juni 2021 juga tumbuh 5 persen menjadi 13,19 juta ton dari periode Januari-Maret 2021 yang 12,59 juta ton.

Mahardika Putranto, Corporate Secretary & Investor Relations Division Head Adaro Energy, mengatakan harga batu bara Indonesia sempat memecahkan rekor tertinggi dalam sejarah ketika harga rata-rata bulanan pada Juni untuk batu bara 4.200 GAR hampir mencapai US$60/ton.

Sementara untuk batu bara 5.000 GAR hampir mencapai US$85/ton. Kenaikan harga terpantau berlanjut ke Juli 2021, dengan harga batu bara Australia 6.000 NAR melebihi US$150/t dan harga batu bara Indonesia 4.200 GAR dan 5.000 GAR masing-masing mencapai rentang atas US$60-an/t dan US$90-an/t.

“Pasar batu bara termal seaborne pada kuartal II/2021 masih terdampak oleh keterbatasan suplai, karena negara-negara pemasok utama seperti Indonesia dan Australia masih kesulitan untuk meningkatkan produksi walaupun harga lebih tinggi,” tulis Mahardika dalam laporan, dikutip Jumat (6/8/2021).

Adapun, cuaca buruk berkontribusi terhadap pengetatan suplai di Indonesia karena musim hujan yang berkepanjangan serta keterlambatan pasokan alat berat. Para penambang Indonesia juga sulit mengatasi peningkatan jumlah kasus Covid-19 di antara para pekerja garis depan. 

Di saat yang sama, lanjut Mahardika, antrian kapal Australia semakin menumpuk karena keterbatasan kapasitas throughput pelabuhan, sementara para pembeli batu bara 6.000 NAR di Asia bagian timur laut bersaing mendapatkan batu bara untuk mengisi persediaan guna menyambut musim panas. 

“Faktor-faktor suplai dan permintaan ini memperkuat harga batu bara Newcastle di sepanjang kuartal II/2021,” tulis Mahardika.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper