Bisnis.com, JAKARTA – Emiten Grup Bakrie dan Salim PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) menargetkan produksi batu bara hingga 80 juta ton pada tahun depan. Produksi tersebut naik 10 persen dibandingkan dengan target tahun ini yang di kisaran 71-76 juta ton.
Presiden Direktur Bumi Resources Adika Nuraga Bakrie mengatakan selain kenaikan produksi, pada tahun depan perseroan akan mulai melebarkan sayap dengan merambah ke bisnis hilirisasi batu bara.
“Diversifikasi tahun depan adalah hilirisasi batu bara sesuai perpanjangan IUPK. Kami persiapkan rencana pengembangan industri ini,” katanya dalam pemaparan publik, Selasa (30/11/2022)
Belanja modal (capital expenditure/capex) yang akan disiapkan BUMI untuk menopang ekspansi akan berkisar antara US$50 juta -US$75 juta pada 2023.
Manajemen BUMI pun memperkirakan harga batu bara masih akan tetap tinggi pada 2023 di tengah beragam perkirakan normalisasi harga komoditas.
Direktur BUMI Dileep Srivastava mengatakan, masalah di pasar batu bara dan dinamika harganya adalah pasokan dan permintaan yang masih belum berimbang.
Baca Juga
“Kami melihat tidak ada kenaikan kapasitas produksi yang signifikan baik sekarang maupun dalam jangka menengah. Tapi permintaan naik terus secara global, makanya permintaan bahan baku terus meningkat,” kata.
Saat ini, alternatif bahan baku batu bara adalah gas, namun harganya tinggi. Sementara itu, pasokan bahan baku lainnya masih sangat terbatas dan tidak bisa diandalkan untuk menggantikan batu bara dalam jangka pendek dan menengah.
“Karena itu, kami merasa harga batu bara akan terus tinggi sampai 2023, dan sepertinya bahkan tetap akan naik dalam 2-3 tahun ke depan,” imbuhnya.
Dileep menjelaskan bahwa kurva forward perdagangan batu bara menunjukkan dari level sekarang di kisaran US$350, sehingga harga batu bara diperkirakan akan bergerak di kisaran US$300 per ton pada tahun depan.
Adapun, untuk jangka menengah BUMI memperkirakan harga batu bara bisa bergerak di level US$200-US$250 per ton selama energi baru terbarukan belum bisa diandalkan.