Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja reksa dana campuran sepanjang April masih menunjukkan grafik negatif.
Berdasarkan data Infovesta Utama, pada akhir April 2021 mayoritas reksa dana membukukan imbal hasil yang negatif. Reksa dana campuran memimpin dengan imbal hasil -0,14 persen secara mingguan.
Hasil tersebut juga berimbas pada performa reksa dana campuran secara year to date (ytd). Tercatat, reksa dana campuran masih terkoreksi 0,69 persen sepanjang tahun ini, sedikit dibawah reksa dana pendapatan tetap yang turun 0,9 persen.
Terkait hal tersebut, Direktur Utama PT Pinnacle Persada Investama Guntur Putra memaparkan, kinerja reksa dana campuran sepanjang April cukup bervariasi mengingat komposisi reksa dana campuran yang juga beragam. Dari sisi strategi, ada reksa dana yang lebih fokus di saham atau obligasi dan ada juga strategi yang secara taktis lebih dinamis bobot aset alokasinya.
Menurutnya, ada dua sentimen utama yang mempengaruhi kinerja reksa dana campuran sejauh ini. Pertama adalah pergerakan imbal hasil (yield) obligasi Indonesia yang mulai menunjukkan perbaikan sebulan belakangan.
“Kemudian yang kedua adalah pergerakan saham yang cenderung masih flattish di bulan April. Hal ini membuat kinerja reksa dana campuran cenderung variatif,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Kamis (6/5/2021).
Baca Juga
Menurut Guntur, prospek penguatan reksa dana campuran masih cukup terbuka. Hal ini disebabkan oleh risiko yang tergolong lebih rendah dibandingkan reksa dana lainnya sperti reksa dana saham.
Selain itu, campuran komposisi aset kelas yang variatif juga membuka peluang performa positif aset ini. Ia mengatakan, ditengah kondisi volatilitas pasar yang masih tinggi, banyak investor yang masih tertarik untuk berinvestasi pada reksa dana campuran.
“Mereka umumnya adala investor yang memiliki strategi aset alokasi yang dinamis dan bisa menyesuaikan dengan kondisi pasar,” kata Guntur.
Guntur melanjutkan, kedepannya minat investor terhadap jenis instrumen ini juga masih dapat berkembang. Meski demikian, ia menekankan pentingnya edukasi terhadap investor terkait karakteristik reksa dana campuran.
“Edukasinya memang perlu lebih menyeluruh, karena di instrumen ini, manajer investasi dapat menerapkan strategi aset alokasi yang lebih fleksibel dan dinamis sesuai dengan kondisi pasar dengan berinvestasi di saham, obligasi, ataupun di pasar uang,” jelasnya.
Adapun, dalam meracik reksa dana campurannya, Pinnacle menerapkan strategi kuantitatif dan dynamic asset allocation. Hal tersebut dilakukan dengan menggabungkan metode statistika, matematika, dan komputasional dalam penentuan bobot kelas aset yang optimal.
“Tentu saja, penentuan ini juga disesuaikan dengan kondisi pasar,” pungkasnya.