Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah strategi dapat menjadi pilihan masyarakat yang hendak berinvestasi menggunakan dana dari Tunjangan Hari Raya (THR).
Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menyebutkan, sebelum berinvestasi, masyarakat sebaiknya menggunakan THR untuk segera menutup utang. Hal ini dilakukan guna mengurangi beban bunga yang ditanggung investor.
“Setelah itu, dana THR yang masih terisa dapat digunakan untuk investasi,” katanya saat dihubungi pada Rabu (5/5/2021).
Wawan menerangkan, investasi dengan dana THR dapat dibagi menjadi tiga profil, yakni investasi jangka pendek, menengah, dan panjang. Jenis investasi pada masing-masing profil tersebut akan berbeda.
Ia memaparkan, untuk investor jangka pendek dibawah satu tahun, sebaiknya memarkirkan dananya dahulu ke reksa dana pasar uang. Menurutnya, jenis aset ini sangat cocok untuk investor yang belum memiliki rencana menggunakan dananya tetapi ingin menariknya sewaktu-waktu.
Selain itu, saat ini reksa dana pasar uang dapat dibeli dengan sangat mudah melalui marketplace atau aplikasi dengan pendaftaran online. Imbal hasil yang ditawarkan juga setara dengan deposito pada kisaran 3 persen- 4 persen per tahunnya.
Wawan menambahkan, keunggulan aset ini dibandingkan deposito konvensional adalah tingkat likuiditasnya yang lebih tinggi. Sehingga, investor dapat menarik dananya sewaktu-waktu tanpa adanya pinalti.
“Untuk reksa dana pasar uang faktor kemudahan investasi, keamanan, dan likuiditas sangat ideal di kondisi pandemi yang penuh ketidakpastian,” jelasnya.
Sementara itu, untuk jangka menengah diatas 1 tahun, Wawan mengatakan investor dapat mempertimbangkan untuk masuk ke aset obligasi. Hal ini karena obligasi memberikan imbal hasil lebih pasti karena mendapatkan kupon secara berkala.
Jenis aset yang direkomendasikan Wawan terutama adalah obligasi negara yang lebih aman dari sisi gagal bayar (default), sehingga risikonya hanya pada penurunan harga. Namun, apabila investor ingin berinvestasi pada obligasi negara lebih dari1 tahun, risiko kerugiannya juga minim karena ada pendapatan kupon.
“Imbal hasil yang bisa didapatkan investor dalam waktu 1 tahun kedepan berada di kisaran 7 persen,” lanjutnya.
Sementara itu, untuk investor dengan timeframe diatas 3 tahun, ia merekomendasikan alokasi investasi dengan strategi 5-3-2. Perinciannya, sebanyak 50 persen pada aset berbasis obligasi, 30 persen pada reksa dana pasar uang dan 20 persen sisanya pada aset saham.
Terkait investasi pada saham, Wawan mengatakan prospek aset ini masih cukup positif. Hal ini seiring dengan upaya pemerintah dalam mengatasi pandemi virus corona melalui vaksinasi dan protokol kesehatan dapat memulihkan perekonomian Indonesia.
“Pemulihan ekonomi terutama akan terjadi pada 2022. Di saat itu, pendapatan perusahaan dapat kembali naik dan harga sahamnya pun akan pulih,” kata Wawan.
Sementara itu, Direktur Avrist Asset Management Farash Farich mengatakan, masyarakat dapat menaruh dananya pada reksa dana pasar uang untuk jangka pendek dan exchange traded funds (ETF) obligasi untuk jangka menengah.
Menurutnya, investasi pada dua aset tersebut sangat tepat dilakukan karena tingkat inflasi yang masih sangat rendah. Sehingga, imbal hasil riil dari kedua instrumen sangat menarik dan sesuai dengan horison investasinya.
“Selain itu, instrumen-instrumen ini sangat likuid, sehingga risikonya cenderung rendah,” pungkasnya.