Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas berpotensi melanjutkan kenaikan seiring dengan terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden AS dan momentum hari raya festival Diwali.
Berdasarkan data Bloomberg pada Senin (9/11/2020) pukul 16.49 WIB, harga emas spot naik 0,42 persen atau 8,22 poin menjadi US$1.959,57 per troy ounce.
Emas Comex kontrak Desember 2020 meningkat 0,39 persen atau 7,60 poin menuju US$1.959,30 per troy ounce.
Direktur PT Solid Gold Berjangka, Dikki Soetopo dalam laporannya pada Senin (9/11/2020) menyatakan, pada bulan November, momentum penguatan harga emas salah satunya ditopang oleh hari raya festival Diwali yang semakin meningkatkan potensi kenaikan harga emas.
Hal tersebut juga ditambah dengan kenaikan volume permintaan pasar terhadap aset safe haven seperti emas, baik emas dalam bentuk fisik maupun kontrak berjangka emas dunia.
Di sisi lain, Dikki menambahkan para investor juga memantau tindakan dari Presiden Donald Trump yang hingga kini enggan mengakui kekalahannya pada pemilu AS. Hal tersebut tercermin dari sejumlah gugatan hukum yang dilayangkan pihaknya.
Baca Juga
Mengingat kondisi tersebut, Dikki menyarankan para investor untuk masuk ke instrumen perdagangan emas. Pasalnya, kemenangan Joe Biden akan meloloskan stimulus jumbo yang pernah direncanakan senilai US$ 2,2 triliun.
“Hal ini akan memicu naiknya inflasi di Amerika Serikat,” katanya dalam laporan tersebut.
Ia melanjutkan, harga emas yang dianggap sebagai aset lindung nilai (hedging) menjadi koleksi yang paling pas bagi para investor yang bertujuan mencari instrumen investasi yang aman di kala peningkatan inflasi.
Di sisi lain, harga emas berpotensi menjadi primadona di pasar global, khsusnya di momen festival Diwali dan momen perayaan imlek yang sudah di depan mata. Hal ini akan meningkatkan volume permintaan pasar di bursa.
“Menurut data historikal, di momen jelang diwali (year on year) harga emas rata-rata mencetak kenaikan hingga 1.57 persen atau di kisaran 40 poin keatas,” ungkapnya.
Sebelumnya, Monex Investindo Futures dalam laporannya menyebutkan harga emas bergerak naik di sesi perdagangan Asia ke level tingginya di US$1.965,46 di tengah sentimen pelemahan dolar AS dibalik efek terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden AS.
"Aksi beli harga emas berpeluang berlanjut, mengincar resisten di US$1.970 di tengah outlook melemahnya dolar AS karena dampak kemenangan Joe Biden dalam pilpres AS. Potensi rentang perdagangan sesi Eropa di US$1.954 - US$1.970," papar Monex.
Harga emas ditopang harapan akan adanya stimulus yang lebih besar di bawah Presiden AS terpilih Joe Biden.
Biden dan para penasihatnya sedang bekerja pada rencana untuk menangani krisis yang dihadapi Amerika yang terpecah, pertama dan terutama adalah masalah pandemi yang memburuk, sehari setelah Demokrat memenangkan cukup banyak negara bagian untuk merebut kursi kepresidenan.
Namun, pemerintahan AS berpotensi masih terpecah dengan partai Republik yang menguasai Senat, yang berarti paket stimulus fiskal mungkin akan lebih kecil dari yang diusulkan oleh Demokrat.
"Namun hal itu dapat memicu Federal Reserve untuk bertindak lebih banyak untuk menopang kembali ekonomi, sehingga melemahkan dolar AS," imbuh Monex.
Harga emas cenderung mendapatkan keuntungan dari stimulus yang lebih besar karena dipertimbangkan sebagai aset lindung terhadap inflasi.