Bisnis.com, JAKARTA - Kontribusi investor asing dalam lelang surat berharga syariah negara (SBSN) atau sukuk negara pada Selasa (27/10/2020) diyakini akan meningkat seiring dengan banyaknya sentimen positif yang mengelilingi pasar obligasi dalam negeri.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan bahwa minat investor terhadap penawaran sukuk kali ini akan meningkat dan diprediksi dapat melampaui hasil lelang sebelumnya.
Dia memprediksi penawaran yang akan masuk dapat mencapai Rp30-40 triliun. Angka itu lebih tinggi daripada hasil penawaran sukuk terakhir, Selasa (13/10/2020), yang hanya mencapai Rp25,85 triliun.
“Saya melihat perkembangan pasar obligasi saat ini menuju penguatan, potensinya minat sangat membaik. Walaupun masih akan didominasi oleh investor domestik, tapi tampaknya porsi asing akan meningkat,” ujar Ramdhan kepada Bisnis, Jumat (23/10/2020).
Untuk diketahui, Pemerintah akan melakukan lelang lima seri sukuk pada Selasa (27/10/2020) dengan target indikatif ditetapkan senilai Rp10 triliun.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR Kementerian Keuangan, seri itu terdiri atas SPN-S 14042021 yang jatuh tempo 14 April 2021, PBS-027 dengan kupon 6,5 persen yang jatuh tempo 15 Mei 2023, dan PBS-026 dengan kupon 6,625 persen yang jatuh tempo pada 15 Oktober 2024,
Baca Juga
Selain itu, terdapat PBS-025 berkupon 8,375 persen yang jatuh tempo 15 Mei 2033, dan PBS-028 berkupon 7,75 persen yang jatuh tempo pada 15 Oktober 2046.
Ramdhan menilai investor asing secara perlahan telah kembali memperhatikan pasar obligasi Indonesia seiring dengan pemulihan ekonomi, likuiditas dalam negeri yang positif, dan imbal hasil atau yield obligasi yang masih menarik.
“Dalam beberapa perdagangan terakhir yield obligasi dalam negeri memang memiliki tren penurunan, tetapi kalau dibandingkan dengan global yield Indonesia masih jauh lebih tinggi,” ujar Ramdhan.
Apalagi, tren penurunan suku bunga rendah oleh banyak bank sentral di dunia masih akan berlanjut hingga pertengahan tahun depan, sehingga potensi asing secara perlahan masuk kembali ke pasar obligasi Indonesia, termasuk sukuk, sangat besar.
Senada, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan bahwa investor asing tampak berusaha kembali percaya diri terhadap pasar Indonesia.
Dengan demikian, porsi asing dalam penawaran lelang sukuk mendatang diyakini jauh lebih besar daripada kontribusi pada lelang sebelumnya.
Kepercayaan diri asing pun sudah tercermin dari aliran masuk modal asing di pasar surat berharga negara (SBN) pada minggu keempat, 19 hingga 22 Oktober, mencapai Rp4,04 triliun. Namun, berdasarkan data setelmen selama 2020 atau secara year-to-date (ytd) non residen di pasar keuangan domestik masih jual neto sebesar Rp160,56 triliun.
Tidak hanya itu, partisipasi investor asing secara nominal pada lelang SBN terakhir mencapai Rp11,97 triliun, meningkat dibandingkan dengan nominal pada lelang sebelumnya sebesar Rp7,53 triliun.
“Setelah setiap kali lelang hampir tiga kali penawaran masuk porsi asing masih terlunta-lunta, Ini [data inflow] akan menjadi gambaran positif terhadap pasar obligasi dalam negeri dan asing akan secara perlahan kembali ke pasar obligasi Indonesia,” papar Nico kepada Bisnis, Jumat (23/10/2020).
Dia memprediksi penawaran masuk lelang sukuk mendatang berada di kisaran Rp35 triliun hingga Rp50 triliun. Menurut dia, penawaran lebih tinggi daripada estimasi itu akan mencerminkan animo baru terhadap pasar obligasi dalam negeri.
Selanjutnya, fokus utama saat ini adalah menjaga sentimen positif tetap mengelilingi pasar obligasi, seperti asumsi pemulihan ekonomi, negosiasi stimulus AS, dan kestabilan politik dalam negeri terkait omnibus law.
CIO Fixed Income Manulife Aset Manajemen Indonesia Ezra Nazula mengatakan bahwa kembali masuknya investor asing dengan jumlah yang cukup besar di pasar obligasi Indonesia didorong oleh sikap pengambilan posisi beberapa investor menjelang pemilihan presiden AS pada 3 November 2020.
“Karena setelah pemilu, harapannya volatilitas pasar dan ketidakpastian global mereda sehingga jika pemilu lancar, minat risk on investment naik. Capital inflow akan lebih banyak masuk ke emerging market, termasuk Indonesia,” papar Ezra kepada Bisnis, Jumat (23/10/2020).
Dia meyakini penawaran yang masuk atas sukuk mendatang bisa melampaui dari target seiring dengan likuiditas dalam negeri yang sangat baik dan yield sukuk yang ditawarkan memberikan premium di atas yield obligasi konvensional.
Sementara itu, Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana memprediksi penawaran yang akan masuk terhadap lelang sukuk berada di kisaran Rp40 triliun hingga Rp50 triliun, jauh melampaui target dan hasil lelang sebelumnya.
Dia menilai, lelang sukuk masih akan didominasi investor domestik mengingat ceruk pasar sukuk lebih banyak berasal dari domestik.
“Asing pun maksimal 7 persen dari jumlah yang beredar, karena emang asing cenderung belum terlalu paham atau akrab dengan sukuk di Indonesia,” papar Fikri kepada Bisnis, Jumat (23/10/2020).
Terlepas dari hal itu, tren penurunan yield obligasi dalam beberapa perdagangan terakhir diprediksi tidak akan menghambat penawaran sukuk yang masuk.
Menurut dia, performa harga obligasi masih cukup baik dan risiko pandemi Covid-19 yang masih bertahan setidaknya hingga paruh pertama 2021 akan mendorong investor untuk tetap memilih surat berharga hingga tahun depan.