Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pertambangan dan energi PT Indika Energy Tbk. (INDY) menelan kenyataan pahit yang dicerminkan oleh kerugian akibat pandemi sejak awal tahun ini
Berdasarkan laporan keuangan perseroan per Juni 2020 yang dipublikasikan melalui laman harian Bisnis Indonesia edisi Jumat (25/9/2020), emiten berkode saham INDY tersebut membukukan rugi bersih US$21,91 juta, berbanding terbalik dari posisi laba US$12,66 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Kerugian tersebut sejatinya diakibatkan tergerusnya pendapatan perseroan hingga 18,22 persen secara tahunan menjadi US$1,13 miliar pada periode tersebut.
Tak hanya itu, INDY juga belum mampu menekan habis beban pokok kontrak dan penjualan yang hanya turun 16,63 persen secara tahunan menjadi US$954,75 juta.
Kenaikan beban penjualan, umum, dan administrasi serta rugi lain-lain juga menyebabkan perseroan mencatatkan rugi sebelum pajak sebesar US$10,82 juta.
Dengan demikian, rugi per saham dasar atau loss per share INDY pada periode tersebut mencapai US$0,0042 per saham berbanding terbalik dari posisi laba pada periode sebelumnya yang mencapai US$0,0024.
Baca Juga
Meskipun menurun, penghasilan terbesar perseroan berasal dari sumber daya energi yakni sebesar 71,39 persen, diikuti oleh jasa energi sebesar 26,06 persen dari total pendapatan periode tersebut
Selama enam bulan terakhir, perseroan masih bertumpu pada penjualan batu bara untuk pelanggan luar negeri dengan komposisi 49,4 persen dari total pendapatan awal tahun ini.
Di sisi lain, pendapatan kontrak dan jasa dari BP Berau Ltd. menyumbang 14,38 persen total pendapatan pada awal tahun ini. Padahal, pada awal tahun 2019 lalu, INDY tidak melakukan kontrak dan jasa dengan perusahaan tersebut.
Sementara itu, pos liabilitas perseroan terkontraksi 6,47 persen dibandingkan periode akhir tahun menjadi US$2,4 miliar, diikuti dengan penurunan pos ekuitas 7,76 persen dibandingkan periode akhir tahun menjadi US$964,63 juta.
Hal ini pada akhirnya membuat jumlah aset perseroan juga tergerus 6,25 persen dibandingkan periode akhir tahun menjadi US$3,37 miliar.
Terakhir, kas dan setara kas akhir periode perseroan juga ikut melorot 21,34 persen secara tahunan menjadi US$488,47 juta.