Bisnis.com, JAKARTA — PT Indika Energy Tbk. (INDY) membukukan penurunan kinerja keuangan baik dari sisi top line maupun bottom line pada semester I/2025.
Berdasarkan laporan keuangan yang dikutip Jumat (1/8/2025), Indika Energy membukukan pendapatan US$956,81 juta per akhir Juni 2025. Realisasi itu turun 20,05% year-on-year (yoy) dari US$1,96 miliar periode semester I/2024.
Adapun, penjualan batu bara masih menjadi kontributor terbesar pendapatan Indika Energy dengan US$788,51 juta pada semester I/2025.
Secara terperinci, penjualan batu bara luar negeri menyumbang US$497,08 juta terhadap pendapatan Indika Energy semester I/2025. Selanjutnya, penjualan batu bara ke pasar domestik berkontribusi US$291,42 juta sepanjang periode yang sama.
Sementara itu, beban pokok pendapatan tergerus 17,36% secara tahunan menjadi US$824,09 juta pada semester I/2025. Dari situ, INDY memperoleh laba kotor US$132,72 juta atau turun 33,48% dari US$199,50 juta periode yang sama tahun lalu.
Bagian laba bersih dari entitas asosiasi dan ventura bersama tercatat menyusut 42,44% secara tahunan dari US$9,58 juta pada semester I/2024 menjadi US$5,51 juta per akhir Juni 2025.
Baca Juga
Dengan demikian, INDY membukukan laba bersih US$2,24 juta pada semester I/2025. Pencapaian itu turun 89,32% secara tahunan dari US$21,01 juta per akhir Juni 2025.
Pada pemberitaan Bisnis sebelumnya, Indika Energy mengumumkan telah mengantongi fasilitas perbankan senilai total Rp6,1 triliun untuk refinancing dan pengembangan proyek tambang emas.
Sekretaris Perusahaan Indika Energy Adi Pramono mengatakan perseroan telah menandatangani perjanjian fasilitas multicurrency senilai US$203 juta atau Rp3,43 triliun (kurs Jisdor Rp16.292 per dolar AS) dan Rp2,8 triliun.
Dalam perjanjian tersebut, sejumlah anak perusahaan INDY menjadi penanggung awal, yaitu PT Indika Inti Corpindo, PT Tripatra Multi Energi, PT Tripatra Engineering, PT Tripatra Engineers And Constructors, dan Tripatra (Singapore) Pte. Ltd. Empat entitas tersebut 100% sahamnya dimiliki oleh INDY.
"PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank DBS Indonesia, dan PT Bank UOB Indonesia sebagai para pemberi pinjaman awal," jelasnya dalam keterbukaan informasi, Kamis (26/6/2025).
Adi menjabarkan perjanjian fasilitas perbankan senilai total Rp6,1 triliun itu akan digunakan oleh INDY untuk dua kebutuhan.
Pertama, mendanai pembayaran penuh atas utang keuangan dan jumlah terutang lainnya berdasarkan perjanjian fasilitas US$250 juta tertanggal 2 Maret 2023, termasuk jasa, biaya, pengeluaran, dan biaya pengakhiran terkait.
Kedua, mendanai proyek Awak Mas. Proyek tersebut merupakan pengembangan pertambangan emas yang dikelola oleh anak usah perseroan, yaitu PT Masmindo Dwi Area.
"Transaksi ini dilakukan untuk mendukung upaya transisi perseroan dari bisnis batu bara," imbuhnya.
_______
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.