Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Keluar-Masuk, Obligasi Negara Berkembang masih Menarik?

Ganjalan pasar obligasi pemerintah di negara berkembang mulai terlihat, khususnya pada negara yang terlalu bergantung dengan tenaga investor asing.
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo

Bisnis.com, JAKARTA - Investor di tiga ekonomi terbesar kawasan Asia masih belum menetapkan hati untuk menambah kepemilikan surat utang atau obligasi pemerintah.

Hal itu pun menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah Indonesia, Korea Selatan, dan India yang bermaksud menambah penerbitan obligasi dalam rangka mendanai stimulus fiskal.

Head of Emerging-Market Rates Research HSBC Holdings Plc. Andre de Silva mengatakan ganjalan di pasar obligasi pemerintah negara berkembang mulai terlihat, khususnya di negara yang terlalu bergantung dengan tenaga investor asing.

“Di negara berkembang yang memiliki yield tinggi, selera investor domestik [sudah] berkurang untuk menyerap ekspansi pinjaman pemerintah,” kata de Silva di Hong Kong, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (15/9/2020).

Pemerintah di negara berkembang atau emerging market saat ini tampak kesulitan menjual obligasi karena penawaran melebihi kapasitas pembelian dari bank sentral sementara investor masih enggan menyerap.

Penurunan minat investor untuk membeli obligasi tersebut pun mengerek yield ke level tertinggi, seperti di India dan Korea Selatan, selama dua bulan terakhir.

Tak lebih baik walau dengan yield yang lebih rendah, pasar obligasi Indonesia juga belum dapat dikatakan pulih karena penawaran masuk dalam lelang Surat Berharga Negara (SBN) relatif masih rendah sejak April 2020.

MASIH MENARIK

Adapun, minat investor asing untuk kembali ke pasar obligasi negara berkembang dinilai masih ada karena yield obligasi di Amerika Serikat sudah berada di level terendah akibat kelebihan pasokan.

Biasanya, investor asing akan masuk ke pasar negara berkembang yang menawarkan yield lebih tinggi dibandingkan negara maju.

Di Indonesia, jumlah dana asing yang masuk (foreign capital inflow) ke pasar obligasi tercatat naik pekan lalu walaupun aksi jual atau net sell juga terus terjadi.

Head of Asian Fixed Income Amundi Singapore Ltd. Joevin Teo mengatakan saat ini obligasi negara berkembang masih menarik dari sisi yield dan prospek pemulihan ekonomi yang lebih cepat dibandingkan negara maju.

“Stabilitas nilai tukar mata uang di negara berkembang juga akan menambah kepercayaan diri investor. Yield riil juga saat ini mulai menarik,” kata Teo.

Senada, Head of Emerging Markets Fixed Income BNP Paribas Asset Management Jean-Charles Sambor mengatakan bahwa fundamental di Indonesia, misalnya, terbilang masih kuat dan pelaku pasar terlalu berlebihan dalam menilai kebijakan yang diambil oleh pemerintah.

Namun, Sambor mengingatkan bahwa inflasi akan tetap menjadi perhatian pelaku pasar karena dapat terjadi sewaktu-waktu.

“Menurut saya, kelebihan pasokan sudah diperkirakan oleh investor. Risikonya adalah strategi keluar di masa depan nanti,” ujar Sambor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper