Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah ditutup di zona negatif pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (11/9/2020). Sepanjang perdagangan rupiah mepet ke level Rp15.000 per dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot ditutup terdepresiasi 35 poin atau 0,24 persen ke level Rp14.890 per dolar AS. Posisi ini merupakan level terendah rupiah sejak 15 Mei 2020 lalu.
Sementara, indeks dolar AS terpantau melemah 0,09 persen ke level 93,248 pada Jumat (11/9/2020) pukul 15.00 WIB. Dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah sudah terdepresiasi hingga 0,94 persen.
Mata uang garuda menjadi yang terlemah diantara 12 mata uang negara Asia lainnya pada penutupan perdagangan akhir pekan ini.
Tepat di atas rupiah, mata uang Korea Selatan won juga terdepresiasi dengan pelemahan 0,17 persen atau 2,04 poin ke level 1.186,84 won per dolar AS.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim memperkirakan pada perdagangan Senin (14/9/2020) atau awal pekan depan, rupiah kemungkinan akan dibuka melemah cukup tajam berkisar 50-200 poin atau level 14.850-15.010.
Baca Juga
“Pasar masih merespon negatif pernyataan Gubernur DKI Jakarta di Rabu malam tentang penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) total mulai 14 September,” jelasnya dalam publikasi riset Jumat (11/9/2020).
Pengumuman ini dinilai Ibrahim efek kejut yang sangat dahsyat dengan total dana asing sebesar Rp350 triliun keluar pasar finansial dalam negeri.
Ibrahim menganggap kebijakan ini sangat bertentangan dengan semangat reformasi ekonomi yang saat ini sedang didengung-dengungkan oleh pemerintah dan Bank Indonesia.
Walhasil, strategi bauran yang selama ini sudah berjalan bahkan akan mendapat hasil yang maksimal menjadi berantakan.
“Nasi sudah jadi bubur, namun nasi yang sudah jadi bubur masih bisa diolah menjadi makanan yang lezat, artinya pernyataan blunder Gubernur DKI Jakarta tersebut masih bisa diubah dengan cara mencabut pernyataan PSBB total dan kembali diperpanjangnya masa transisi-PSBB,” sambungnya.
Senada, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira memperkirakan rupiah akan melanjutkan pelemahan ke level Rp14.950-Rp15.000 akibat derasnya aksi jual asing di bursa saham.
“Meskipun IHSG mengalami kenaikan 2,5 persen ke level 5.016, namun asing masih lakukan nett sell sebesar Rp2,26 triliun pada hari ini,” katanya kepada Bisnis, Jumat (11/9/2020).
Menurutnya, sentimen global yakni terhentinya uji klinis vaksin Astrazeneca dan Oxford memberikan pengaruh besar terhadap pergerakan nilai tukar rupiah.
Uji vaksin ini dianggap merupakan yang terdepan dan paling diharapkan segera diproduksi secara massal, sehingga akibat dari penundaan uji klinis tersebut pemulihan ekonomi di saat pandemi bisa saja terganggu.
Sentimen negatif yang juga masih membayangi pasar keuangan dalam negeri adalah tren pelemahan harga minyak mentah dunia akibat turunnya permintaan global akibat pandemi dan masih besarnya stok produksi di negara OPEC dan Amerika Serikat.
“Sentimen dari dalam negeri berupa reaksi terhadap PSBB total sepertinya mulai di-absorb oleh investor sehingga sentimennya beragam,” pungkasnya.