Bisnis.com, JAKARTA — Penggalangan dana perusahaan melalui penawaran umum perdana saham atau initial public offering di tengah penyebaran pandemi Covid-19 pada 2020 malah mengalami kenaikan dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya.
Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna Setya mengungkapkan sudah ada 32 emiten baru yang melakukan initial public offering (IPO) sampai dengan 15 Juli 2020. Nilai proceed atau penggalangan dana mencapai Rp3,82 triliun
“Sebuah angka yang nilainya relatif cukup besar kalau dilihat dari rata-rata perusahaan tercatat yang menggalang dana Rp297 miliar,” jelasnya dalam acara Membangun Optimisme Pendanaan Melalui Pasar Modal yang digelar Bisnis Indonesia dan PT Danareksa Sekuritas, Kamis (16/7/2020).
Nyoman menjelaskan bahwa pandemi Covid-19 berdampak signifikan. Berawal dari kesehatan, virus itu bergeser mempengaruhi perekonomian sehingga berdampak terhadap global tidak terkecuali Indonesia.
Di tengah kondisi itu, dia menyebut perusahaan harus mempertahankan keberlanjutan. Perusahaan membutuhkan bahan bakar yakni pendanaan.
Nyoman melaporkan aktivitas penggalangan dana melalui IPO di Indonesia masih menjadi yang tertinggi di Asean hingga Juni 2020. Bahkan, aktivitas penggalangan dana lewat skema itu pada semester I/2020 menjadi yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir.
Baca Juga
BEI mencatat sudah ada 28 perusahaan tercatat dan pipeline 23 calon emiten sepanjang Januari 2020—Juni 2020. Posisi itu lebih tinggi dari 21 perusahaan tercatat pada 2018 dengan pipeline 21 perusahaan dan 17 perusahaan tercatat pada 2019 dengan pipeline 22 perusahaan.
“Kondisi dua tahun lalu tidak ada pandemi dibandingkan dengan periode sekarang malah lebih banyak,” paparnya.
Nyoman menuturkan ada beberapa faktor yang membuat penggalangan dana lewat IPO meningkat pada 2020. Menurutnya, ada indikasi perusahaan beralih mencari dana dari pasar modal.
“Ada kondisi tidak biasa karena perbankan lebih selektif menjaga kredit dalam rangka menjaga likuiditas dan rasio kredit bermasalah,” imbuhnya.
Dari sisi penggunaan dana, dia mengungkapkan 35 persen emiten baru menggunakan suntikan untuk modal kerja. Sementara itu, 31 persen mengalokasikan untuk kebutuhan ekspansi.