Bisnis.com, JAKARTA — Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan suspensi atas perdagangan saham PT Eagle High Plantations Tbk. (BWPT) mulai sesi I perdagangan hari ini, Kamis (21/8/2025).
BEI mengumumkan suspensi saham dilakukan sehubungan dengan terjadinya peningkatan harga kumulatif yang signifikan pada saham PT Eagle High Plantations Tbk. (BWPT).
"Dalam rangka cooling down dan sebagai bentuk perlindungan bagi Investor, BEI memandang perlu untuk melakukan penghentian sementara perdagangan saham BWPT pada perdagangan tanggal 21 Agustus 2025," papar pengumuman Bursa.
Penghentian sementara perdagangan emiten Grup Rajawali terafiliasi Peter Sondakh tersebut dilakukan di Pasar Reguler dan Pasar Tunai. Tujuannya ialah memberikan waktu yang memadai bagi pelaku pasar untuk mempertimbangkan secara matang berdasarkan informasi yang ada dalam setiap pengambilan keputusan investasinya di saham PT Eagle High Plantations Tbk. (BWPT).
"Para pihak yang berkepentingan diharapkan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh perseroan," imbuh BEI.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, harga saham BWPT terpantau melesat 19,23% atau 25 poin ke level Rp155 per lembar pada penutupan perdagangan Rabu (20/8/2025). Dalam sebulan terakhir, saham BWPT telah melonjak 42,20%, dan sepanjang tahun berjalan 2025 saham emiten sawit itu telah terbang 167,24%.
Baca Juga
Saham PT Eagle High Plantations Tbk. (BWPT) sebelumnya masuk radar pemantauan Bursa Efek Indonesia (BEI) setelah terjadi pergerakan harga saham dan pola transaksi yang di luar kebiasaan (Unusual Market Activity/UMA).
Mengutip keterbukaan informasi BEI pada 30 Juli 2025, saham BWPT mengalami peningkatan harga saham di luar kebiasaan, dan BEI pun tengah mencermati perkembangan pola transaksi saham tersebut.
"Pengumuman Unusual Market Activity (UMA) tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan perundang undangan di bidang pasar modal," ujar Kepala Divisi Pengawasan Transaksi BEI Yulianto Aji Sadono dalam keterangannya.
Dia mengatakan Bursa tengah mencermati perkembangan pola transaksi saham BWPT. Selain itu, dia menghimbau para investor untuk memperhatikan jawaban manajemen BWPT atas permintaan konfirmasi Bursa.
Investor juga diminta untuk mencermati kinerja dan keterbukaan informasi BWPT. Kemudian diharapkan agar investor mengkaji kembali rencana aksi korporasi apabila BWPT belum mendapatkan persetujuan rapat umum pemegang saham (RUPS).
Adapun, informasi terakhir mengenai perusahaan tercatat adalah informasi tanggal 30 Juli 2025 yang dipublikasikan melalui website PT Bursa Efek Indonesia (“Bursa”) perihal penyampaian laporan keuangan.
Kinerja BWPT Semester I/2025:
Mengutip laporan keuangan BWPT, pendapatan usaha mencapai Rp2,77 triliun pada semester I/2025. Pendapatan tersebut meningkat 38,07% year-on-year (YoY) dari Rp2,012 triliun pada semester I/2024.
Berdasarkan produk, pendapatan BWPT per Juni 2025 berasal dari minyak kelapa sawit Rp2,41 triliun, inti kernel Rp324,04 miliar, dan tandan buah segar (TBS) Rp34,85 miliar.
Penjualan produk tersebut meningkat dari perolehan pada semester I/2024, masing-masing senilai Rp1,84 triliun, Rp149,65 miliar, dan Rp20,61 miliar. Beban pokok penjualan meningkat menjadi Rp1,99 triliun per Juni 2025 dari sebelumnya Rp1,41 triliun.
Namun, BWPT masih menghimpun lonjakan laba bruto menjadi Rp780,14 miliar dari Rp596,06 miliar per Juni 2024. Entitas Grup Rajawali tersebut menghimpun laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp171,88 miliar pada semester I/2025.
Laba bersih tersebut naik 43,58% dari sebelumnya Rp119,70 miliar. Laba per saham pun meningkat menjadi Rp5,52 dibandingkan Rp3,85 per Juni 2024.
Di sisi lain, BWPT meningkatkan ekuitas dan memangkas liabilitas per Juni 2025. Ekuitas mencapai Rp2,62 triliun pada semester I/2025, naik dari Rp2,45 triliun pada akhir tahun lalu.
Liabilitas BWPT berkurang menjadi Rp7 triliun dari sebelumnya Rp7,34 triliun. Total aset pada semester I/2025 pun mencapai Rp9,63 triliun.
_______
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.