Bisnis.com, JAKARTA - PT Bursa Efek Indonesia melihat peluang pencarian dana di pasar modal kian tinggi seiring dengan kian selektifnya perbankan pada masa pandemi Covid-19.
Sejauh ini, Bursa Efek Indonesia mencatat aktivitas penawaran umum saham perdana atau IPO di Indonesia sepanjang tahun berjalan menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara.
Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna Setya menjelaskan bahwa dampak dari pandemi Covid-19 telah memberikan pengaruh terhadap perekonomian global tidak terkecuali pasar modal.
Namun demikian, dalam kondisi yang dinamis aktivitas pendanaan melalui IPO masih yang paling tinggi di Asean. Minat terhadap penerbitan obligasi juga cukup tinggi sebagai alternatif pendanaan.
Selain itu, perbankan selektif dalam penyaluran kredit dalam rangka menjaga likuiditas dan Non Performing Loan (NPL).
"Dengan demikian, shifting terjadi sehingga perusahaan akan masuk ke pasar modal," paparnya Dalam acara Membangun Optimisme Pendanaan Melalui Pasar Modal yang digelar Bisnis Indonesia dan PT Danareksa Sekuritas, Kamis (16/7/2020).
Baca Juga
Jumlah IPO saham sudah mencapai 28 emiten baru, meningkat dari posisi semester I/2019 sebanyak 21 emiten, dan semester I/2018 sejumlah 17 emiten.
Adapun, hingga saat ini, jumlah IPO terus bertambah menjadi 32 perusahaan dengan total emisi Rp3,82 triliun. Total emiten pun sudah mencapai 696 perusahaan.
Sementara itu, rata-rata realisasi IPO di Asia Tenggara pada semester I/2020 tidak mencapai dua digit. Malaysia misalnya hanya 7 perusahaan IPO, Singapura 5 perusahaan, Thailand 2 perusahaan, dan Filipina 1 perusahaan.
Untuk obligasi, hingga tahun berjalan BEI sudah mencatat 40 emisi dari 28 korporasi penerbit. Nilai penggalangan dana surat utang tersebut mencapai Rp33,6 triliun.