Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Chevron Melonjak, Wall Street Bangkit dan Naik Tajam

Bursa Amerika Serikat rebound dan ditutup naik tajam pada perdagangan Kamis (2/4/2020), didorong penguatan saham energi setelah Presiden Donald Trump menyatakan bahwa Rusia dan Arab Saudi akan memangkas produksi minyak.
Pedagang bekerja di lantai bursa New York Stock Exchange./ Michael Nagle - Bloomberg
Pedagang bekerja di lantai bursa New York Stock Exchange./ Michael Nagle - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Amerika Serikat rebound dan ditutup naik tajam pada perdagangan Kamis (2/4/2020), didorong penguatan saham energi setelah Presiden Donald Trump menyatakan bahwa Rusia dan Arab Saudi akan memangkas produksi minyak.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks S&P 500 berakhir di level 2.526,90 dengan lonjakan 2,28 persen, indeks Dow Jones Industrial Average juga melonjak 2,24 persen ke posisi 21.413,44, sedangkan indeks Nasdaq Composite menguat 1,72 persen ke level 7.387,31.

Bursa saham rebound setelah jatuh sekitar 6 persen selama dua hari terakhir. Pada perdagangan Rabu (1/4/2020), ketiga indeks saham utama AS tersebut kompak tersungkur 4,4 persen.

Dilansir Bloomberg, indeks S&P 500 naik untuk pertama kalinya dalam tiga hari, dengan saham Chevron Corp. dan Exxon Mobil Corp. berada di antara saham yang membukukan lonjakan tertinggi, masing-masing sebesar 11,03 persen dan 7,62 persen di New York, menyusul lonjakan harga minyak.

Harga minyak mentah berjangka WTI melonjak 22 persen setelah Trump mengutarakan harapannya bahwa Saudi dan Rusia akan mengurangi produksi minyak mereka. Hal ini disampaikan usai melakukan pembicaraan dengan Putra Mahkota Mohammed Bin Salman pada Kamis (2/4).

Kendati demikian, harga minyak kemudian tergelincir dari level tertingginya setelah pejabat pemerintah dari kedua belah pihak mengecilkan harapan tersebut. Harga minyak sendiri tercatat masih merosot sekitar 60 persen sepanjang tahun ini.

Setelah mengalami kuartal terburuk sejak 2008, bursa saham global berjuang untuk menentukan arah pergerakannya ketika banyak perusahaan tampak mengambil langkah untuk memangkas dividen dan semakin banyak negara bagian di AS yang menerapkan pembatasan demi membendung penyebaran penyakit virus corona (Covid-19).

Rilis laporan klaim pengangguran awal pada Kamis (2/4) yang menunjukkan rekor jumlah pengajuan klaim menekankan ketidakpastian seputar dampak corona terhadap ekonomi.

Menurut data Departemen Tenaga Kerja AS, jumlah pengajuan klaim pengangguran mencapai rekor 6,65 juta orang dalam pekan yang berakhir pada 28 Maret.

Ini disebabkan banyaknya toko dan restoran yang terpaksa tutup guna membendung penyebaran virus corona. Sementara itu, jumlah pengajuan klaim pada pekan sebelumnya direvisi naik menjadi 3,31 juta orang.

Namun, rebound harga minyak dapat membantu meredam dampaknya dengan menopang sektor ekonomi yang terpukul.

“Kenyataannya adalah, tidak ada jumlah stimulus untuk memacu pertumbuhan permintaan sampai populasi penduduk kembali ke luar rumah mereka dan berinteraksi dengan masyarakat,” ujar Jeff Klingelhofer, kepala investasi dan manajer portofolio di Thornburg Investment Management.

"Saya pikir kita akan berada dalam periode volatilitas yang tinggi untuk beberapa waktu mendatang,” tambahnya.

Pergerakan Bursa Wall Street 2 April

Indeks

Level

Perubahan (persen)

Dow Jones

21.413,44

+2,24

S&P 500

2.526,90

+2,28

Nasdaq

7.837,31

+1,72

Sumber: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper