Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak dunia melemah seiring dengan sikap investor yang mencermati perkembangan terkait tarif impor Amerika Serikat (AS), perang di Ukraina, serta potensi gangguan pasokan bahan bakar Rusia.
Melansir Reuters pada Rabu (27/8/2025), harga minyak mentah jenis Brent melemah US$1,58 atau 2,3% menjadi US$67,22 per barel. Sementara itu, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) juga turun US$1,55 atau sekitar 2,4% ke level US$63,25 per barel.
Tamas Varga, analis di PVM Oil Associates mengatakan, dengan besarnya ketidakpastian di pasar minyak akibat konflik Ukraina dan perang tarif, investor cenderung enggan mengambil posisi jangka panjang.
Dia menambahkan, harga minyak jenis Brent kemungkinan akan bergerak dalam kisaran US$65–US$74 dalam waktu dekat.
Reli minyak pada Senin didorong oleh kekhawatiran pasokan setelah serangan Ukraina terhadap infrastruktur energi Rusia serta potensi sanksi tambahan AS terhadap minyak Rusia.
Serangan balik Ukraina menyusul gempuran Rusia terhadap fasilitas gas dan listrik Ukraina telah mengganggu produksi dan ekspor minyak Moskow, bahkan menyebabkan kelangkaan bensin di sejumlah wilayah Rusia.
Baca Juga
Rusia juga merevisi naik rencana ekspor minyak mentah dari pelabuhan barat sebesar 200.000 barel per hari pada Agustus dari jadwal awal, setelah serangan drone Ukraina memukul operasi kilang dan membuka ruang lebih besar bagi pengiriman minyak mentah, menurut tiga sumber yang mengetahui masalah tersebut.
Presiden AS Donald Trump kembali mengancam akan menjatuhkan sanksi terhadap Rusia jika tidak ada kemajuan menuju kesepakatan damai dalam dua pekan ke depan.
Namun, seorang sumber menyebut pejabat AS dan Rusia turut membahas sejumlah kesepakatan energi di sela-sela negosiasi perdamaian bulan ini.
Sementara itu, ekspor India berpotensi dikenakan tarif AS hingga 50%, salah satu yang tertinggi pernah diberlakukan Washington.
“Fokus perdagangan pekan ini adalah kemungkinan tarif AS terhadap India bisa naik dua kali lipat menjadi 50% paling cepat besok… yang akan semakin mempersempit aliran ekspor Rusia yang sudah terganggu akibat serangan Ukraina terhadap kilang minyak Rusia,” tulis analis Ritterbusch and Associates dalam catatan risetnya.