Bisnis.com, JAKARTA – Reli Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berlanjut pada perdagangan hari keempat di tengah penguatan pasar saham global.
Nilai tukar rupiah pun melanjutkan penguatannya bersama mayoritas mata uang di Asia terhadap dolar AS di tengah pelemahan indeks dolar AS.
Berikut adalah ringkasan perdagangan di pasar saham, mata uang, dan komoditas yang dirangkum Bisnis, Jumat (27/12/2019):
Pasar Saham Global Menguat, IHSG Reli Empat Hari Beruntun
Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan IHSG ditutup menguat 0,16 persen atau 9,87 poin di level 6.329,31, reli hari perdagangan keempat berturut-turut sekaligus level penutupan tertinggi sejak 24 Oktober 2019.
Enam dari sembilan sektor berakhir di zona hijau pada Jumat (27/12), dipimpin pertanian yang menguat 2,89 persen dan aneka industri yang naik 0,80 persen. Tiga sektor lainnya berakhir di zona merah, dipimpin tambang yang melemah 0,55 persen.
Baca Juga
Dari 671 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 203 saham menguat, 190 saham melemah, dan 278 saham stagnan.
Saham PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) dan PT Transcoal Pacific Tbk. (TCPI) yang masing-masing naik 0,82 persen dan 8,26 persen menjadi pendorong utama penguatan IHSG.
Nilai tukar rupiah lanjut ditutup menguat 6 poin atau 0,04 persen di level Rp13.952 per dolar AS, setelah berakhir menguat 21 poin atau 0,15 persen di level Rp13.958 per dolar AS pada perdagangan Kamis (26/12).
Pada saat yang sama, indeks dolar AS melemah 0,233 poin atau 0,24 persen ke posisi 97,301, menuju koreksi hari kelima berturut-turut.
Bersama rupiah, mata uang lainnya di Asia mayoritas menguat terhadap dolar AS, dipimpin peso Filipina yang naik 0,24 persen.
Ikuti Wall Street, Bursa Saham Global Cetak Rekor Baru
Indeks saham acuan global berhasil mencapai rekor level tertinggi baru pada perdagangan hari ini, terlepas dari tipisnya volume perdagangan menjelang libur akhir tahun.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks saham global MSCI ACWI bergerak menuju kenaikan hampir 9 persen dalam tiga bulan terakhir 2019.
Sementara itu, indeks Nasdaq menembus level 9.000 untuk pertama kalinya dan indeks S&P 500 juga mencapai rekor tertinggi, didorong oleh optimisme seputar perdagangan AS-China dan penguatan saham Amazon.com menyusul sebuah laporan yang mengindikasikan kuatnya penjualan secara online pada masa liburan.
Hubungan AS-China Mulai Positif, Gandum pun Untung
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Jumat (27/12) hingga pukul 16.20 WIB, harga gandum untuk kontrak Maret 2020 di bursa Chicago Board of Trade (CBOT) bergerak menguat 0,87 persen menjadi US$553,75 per bushel. Sejak akhir September 2019, harga telah bergerak menguat 10,4 persen.
Sementara itu, harga kedelai untuk kontrak Maret 2020 di bursa CBOT bergerak melemah 0,24 persen menjadi US$948,75 per bushel. Sejak akhir September 2019, harga hanya bergerak menguat 2,04 persen.
Dalam risetnya, konsultan AgResource Chicago mengatakan gandum berhasil menguat lebih baik dibandingkan dengan harga kedelai di tengah sentimen kesepakatan perdagangan tahap pertama AS dan China. Padahal, sebelumnya mayoritas analis menilai kedelai akan menjadi komoditas agrikultur yang paling diuntungkan oleh sentimen tersebut.
Harga emas Comex untuk kontrak Februari 2020 terpantau naik tipis 0,90 poin atau 0,06 persen ke level US$1.515,30 per troy ounce pukul 19.41 WIB.
Pada saat yang sama, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama, melemah 0,39 persen atau 0,383 poin ke posisi 97,151.
Analis Pasar Asia Pasifik Oanda Jeffrey Halley mengatakan emas berhasil menguat seiring dengan turunnya dolar AS dan investor yang cenderung melakukan lindung nilai terhadap risiko menjelang akhir tahun.
Di dalam negeri, harga emas batangan Antam berdasarkan daftar harga emas untuk Butik LM Pulogadung Jakarta naik Rp4.000 menjadi level Rp762.000 per gram. Adapun harga pembelian kembali atau buyback emas bertambah Rp5.000 menjadi Rp678.000 per gram.