Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kerja Sama dengan Sriwijaya Berakhir, Garuda Indonesia Lakukan Audit

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. menyatakan akan ada penyusutan pada kinerja perusahaan setelah audit dilakukan.
Pesawat Garuda Indonesia berada di terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Senin (26/11/2018)./JIBI-Paulus Tandi Bone
Pesawat Garuda Indonesia berada di terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Senin (26/11/2018)./JIBI-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA — PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mengungkapkan kinerja perusahaan bakal mencatatkan penyusutan setelah kerja sama dengan PT Sriwijaya Air tidak lagi dijalin.

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama Garuda Indonesia Fuad Rizal mengatakan saat ini, perseroan sedang melakukan audit atas laporan kinerja perseroan per kuartal III/2019.

“Sedang deal dengan PricewaterhouseCoopers (PWC), akan ada impairment yang dilakukan pada September 2019 terkait Sriwijaya, karena kerja sama diakhiri jadi management fee akan impaired. Ini penting dan baik agar tidak membebani pada tahun berikutnya,” katanya di Jakarta, Jumat (27/12/2019).

Impairment adalah penurunan nilai aset karena nilai tercatat aset (carrying amount) melebihi nilai yang akan dipulihkan (recoverable amount) melalui penggunaan atau penjualan asset. Impairment atau penurunan nilai terjadi nilai tercatat aset melebihi nilai terpulihkan.

Fuad menambahkan penyusutan nilai pada pencatatan laporan keuangan juga akan terjadi pada laporan keuangan tahunan 2019. Hal itu disebabkan oleh penghapusan pencatatan pendapatan dari bisnis jasa pengelola ground handling di PT Gapura Angkasa, anak usaha yang dimiliki Garuda bersama dengan PT Angkasa Pura II (Persero).

Pasalnya, emiten berkode saham GIAA tersebut tak lagi menjadi pemegang saham mayoritas di Gapura Angkasa karena peningkatan modal yang dilakukan oleh Angkasa Pura (AP) II.

Dengan demikian, pengendalian dan konsolidasi laporan keuangan Gapura Angkasa dihapuskan dari laporan keuangan GIAA, karena terjadi penurunan kepemilikan dari sebelumnya sebesar 58,75 persen menjadi mayoritas dimiliki oleh Angkasa Pura II.

Adapun per September 2019, jasa ground handling berkontribusi senilai US$42,52 juta dari total pendapatan perseroan yang sebesar US$3,54 miliar, atau hanya 1,2 persen.

“Lepas sebagian saham Garuda ke AP II. Masuk dalam impairment, kurang lagi revenue-nya,” terang Fuad.

Pendapatan Garuda Indonesia selama 9 bulan pertama tahun ini, sebesar US$3,54 miliar atau naik 9,97 persen dari US$3,22 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Sementara itu, perusahaan pelat merah ini menghasilkan laba usaha senilai US$253,24 juta per September 2019. Raihan itu berbalik positif dari posisi rugi usaha US$70,81 juta per September 2018.

“Meskipun ada impairment, pada tahun ini masih profit, tapi masih diaudit jadi akan ada impairment atas transaksi sebelumnya," tambahnya.

Di lain pihak, Komisaris Sriwijaya Air Yusril Ihza Mahendra telah menyampaikan pihaknya juga tengah melakukan audit untuk mengevaluasi kinerja perseroan selama melakukan kerja sama manajemen dengan Garuda Indonesia.

Dia mengklaim bahwa selama kerja sama manajemen berlangsung, utang perseroan malah meningkat. Selama periode masa kerja sama berlangsung, Sriwijaya juga dituntut untuk membayar uang jasa layanan perawatan armada.

Yusril menyebut pihak Sriwijaya harus merogoh kocek Rp1,1 triliun untuk jasa layanan perawatan pesawat tersebut. Hingga saat ini, lanjut Yusril, terdapat belasan pesawat yang masih belum bisa keluar dari hanggar PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk.

Hingga berita ini dibuat, pihak Garuda Maintenance Facility belum memberikan jawaban untuk mengonfirmasi hal tersebut.

“Kami sudah minta auditor independen untuk lakukan audit. Pemerintah harusnya lakukan audit ke Garuda, karena Garuda telah mencatatkan pendapatan dari management fee sebesar 5 persen dari income dan profit sharing 65 persen untuk Garuda sebagai piutang Garuda ke Sriwijaya,” paparnya kepada Bisnis, belum lama ini.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper