Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil melanjutkan relinya bahkan menyentuh level penutupan tertinggi pada perdagangan hari ini. Sebaliknya, nilai tukar rupiah melemah di tengah kehati-hatian investor.
Sementara itu, harga emas bertahan stabil di bawah level US$1.500 per troy ounce saat pasar menantikan perkembangan lebih lanjut mengenai Brexit dan pembicaraan dagang Amerika Serikat-China.
Berikut adalah ringkasan perdagangan di pasar saham, mata uang, dan komoditas yang dirangkum Bisnis.com, Selasa (15/10/2019):
Sepanjang Hari Fluktuatif, IHSG Sukses Reli Hari Ketiga
Pergerakan indeks terpantau sempat beberapa kali tergelincir ke zona merah setelah dibuka naik tipis 0,06 persen atau 3,42 poin di level 6.130,30 pada Selasa pagi.
Namun, IHSG berhasil menghimpun tenaganya menjelang akhir perdagangan bahkan menyentuh level penutupan tertinggi sejak 30 September. Sepanjang perdagangan Selasa (15/10), IHSG bergerak fluktuatif di level 6.118,26 – 6.158,17.
Saham PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) yang masing-masing naik 2,64 persen dan 3,25 persen menjadi pendorong utama penguatan IHSG di akhir perdagangan.
Umumkan Penjualan Menara, Saham ISAT Melompat
Langkah PT Indosat Tbk. (ISAT) menjual aset menara telekomunikasi mengerek saham ISAT naik signifikan dalam 2 hari perdagangan terakhir.
Pada penutupan pasar hari ini, harga saham ISAT naik 220 poin atau 7,24 persen ke level Rp3.260 per saham. ISAT bergerak di kisaran Rp3.050 hingga Rp3.440 per saham.
Sepanjang tahun berjalan 2019, ISAT telah meroket 93,47 persen. Scara year-to-date, saham operator telekomunikasi itu sempat menyentuh level terendah Rp1.645 pada 2 Januari 2019 dan level tertinggi Rp3.830 pada 19 Agustus 2019.
Investor Hati-hati, Rupiah Ditutup Terlemah Kedua di Asia
Rupiah melanjutkan pelemahannya di tengah kehati-hatian investor setelah negosiasi perdagangan AS dan China pada pekan lalu.
Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa pada awalnya hasil negosiasi perdagangan AS dan China pada pekan lalu membuat minat investor terhadap aset investasi berisiko meningkat, tetapi respon tersebut tampak telah berubah dan cenderung bergerak menjauhi aset berisiko, termasuk rupiah.
“Meskipun pasar pada awalnya menyambut kesepakatan perdagangan fase pertama antara AS dan Cina yang digariskan oleh Presiden Donald Trump pekan lalu, kurangnya detail membuat banyak investor berhati-hati,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya.
Produksi Vale SA Naik 35%, Harga Bijih Besi Tertekan
Produksi bijih besi dari salah satu produsen terbesar di dunia, Vale SA, naik 35% pada kuartal ketiga. Hal itu menandakan kemajuan kuat dalam menghidupkan kembali operasional tambang yang dihentikan setelah kecelakaan maut runtuhnya bendungan tailing pada Januari.
Berdasarkan data Vale, sepanjang kuartal ketiga output bijih besi berhasil meningkat menjadi 86,7 juta ton. Hal tersebut disebabkan oleh dimulai kembalinya operasional tambang Brucutu dan pengembalian sebagian kompleks tambang Vargem Grande.
Vale berharap dapat menghidupkan kembali produksi bijih besi lainnya sebesar 50 juta metrik ton pada 2021, mengulangi pernyataan sebelumnya bahwa produksi dapat kembali normal setidaknya dalam dua tahun.
Harga emas Comex untuk kontrak Desember 2019 terpantau naik tipis 0,10 poin atau 0,01 persen ke level US$1.497,70 per troy ounce pukul 19.18 WIB.
Analis PT Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan dalam risetnya bahwa harga emas berpotensi untuk naik dalam jangka pendek di tengah pasar yang terlihat kembali mengalihkan permintaan terhadap aset safe haven karena ragu terhadap kesepakatan dagang AS-Tiongkok.
Di dalam negeri, harga emas batangan Antam berdasarkan daftar harga emas untuk Butik LM Pulogadung Jakarta terpantau naik Rp2.000 ke Rp756.000 per gram. Adapun harga pembelian kembali atau buyback emas Antam bertambah Rp1.000 menjadi Rp676.000 per gram.