Bisnis.com, JAKARTA - Langkah PT Indosat Tbk. (ISAT) menjual aset menara telekomunikasi mengerek saham ISAT naik signifikan dalam 2 hari perdagangan terakhir.
Pada penutupan pasar hari ini, harga saham ISAT naik 220 poin atau 7,24 persen ke level Rp3.260 per saham. ISAT bergerak di kisaran Rp3.050 hingga Rp3.440 per saham.
Sehari sebelumnya, ISAT melonjak 360 poin atau 13,43 persen ke level Rp3.040 pada perdagangan Senin (14/10/2019).
Sepanjang tahun berjalan 2019, ISAT telah meroket 93,47 persen. Scara year-to-date, saham operator telekomunikasi itu sempat menyentuh level terendah Rp1.645 pada 2 Januari 2019 dan level tertinggi Rp3.830 pada 19 Agustus 2019.
Kepala Riset Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi mengatakan pergerakan harga saham ISAT pada perdagangan hari ini ditopang oleh efisiensi biaya akibat penjualan 3.100 menara ke Mitratel dan Protelindo.
Di sisi lain, kinerja keuangan juga membaik karena perseroan bisa menekan rugi. Upaya perusahaan melakukan ekspansi jaringan, katanya, juga bakal turut terakselerasi sejalan dengan rencana Pemerintah untuk meningkatkan kecepatan internet agar daya saing industri terkerek naik.
Baca Juga
Seperti diketahui, ISAT mengumumkan penyelesaian lelang menara dengan nilai transaksi Rp6,39 triliun dan akan menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 21 November 2019 untuk mendapatkan restu pemegang saham atas rencana transaksi tersebut.
Kendati perjanjian jual-beli dan sewa menara telah diteken pada Senin (14/10/2019), para pemenang lelang yakni Mitratel, anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) dan Protelindo, anak usaha PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR) ditargetkan bisa melunasi pembayaran sebelum akhir tahun.
“ISAT secara sentimen mempunyai kinerja keuangan yang membaik dengan adanya penurunan kerugiannya dan efesiensi biaya dengan adanya penjualan 3.100 menara ke Mitratel dan Protelindo,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Selasa (15/10/2019).
Dari sisi teknikal, Lanjar berujar, pergerakan harga saham ISAT mencapai target rasio fibonacci pembalikan arah wave c dan target pola double bottom yang terbentuk sejak 30 September hingga 11 Oktober 2019.
Lalu, pergerakan saham operator berwarna kuning itu mencapai break out level neckline pada penguatan pertama yakni 14 Oktober 2019 dan berlanjut mencapai target titik resistan dan rasio fibonacci 61,8%.
Adapun, indikator stochastic cenderung positif dengan divergent penguatan pada MACD namun secara momentum RSI telah memasuki area over brought dengan volume pembelian terbesar selama lebih dari dua bulan terakhir.
Atas analisis teknikal tersebut, dia menyebut pergerakan saham ISAT akan mengarah ke wilayah jenuh dan merekomendasikan sell on strength dengan mempertimbangkan rasio fibonacci 61,8%.
Menurutnya, investor bisa melakukan buyback di level support Rp3.000 hingga Rp2.920. Dia memprediksikan harga saham ISAT berada di titik resistensi Rp3.400 hingga Rp3.950 dan titik support di rentang Rp3.120 hingga Rp2.750.
“Sehingga pergerakan [harga saham ISAT] selanjutnya akan cenderung menjenuh dan disarankan sudah mulai sell on strength,” katanya.